
UNGARANNEWS.COM. BANYUBIRU- Saat mentari mulai memancar di ufuk timur geliat aktivitas di Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat di Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang mulai terasa ramai. Pagi itu, usai sholat subuh puluhan lansia di pesantren tersebut terlihat senam di tepi area persawahan.
Ekspresi riang dan gembira tergurat dari wajah para lansia yang bersemangat mengikuti irama lantunan Ya Lal Wathon.
Usai senam, para lansia melakukan relaksasi dengan saling memijat punggung sembari menghangatkan tubuh di bawah sinar hangat matahari.
Direktur Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat, Solikin (50), menjelaskan aktivitas senam pagi ditujukan untuk mengolah fisik lansia agar selalu stabil dan bugar. Selain itu, melalui kegiatan senam bersama, para lansia berkesempatan untuk menjalani aktivitas sosial melalui interaksi selama kegiatan.
“Total santri kami ada sekitar empat puluh orang, sebagian besar memang warga setempat, tetapi juga ada 8 orang santri yang datang dari luar kota bahkan juga luar Jawa. Mengenai kegiatan santri disini, kami bagi menjadi tiga, yakni olah raga seperti senam dan berkebun tanaman toga, olah rasa melalui kegiatan sosial, ceramah, dan diskusi, dan olah jiwa melalui ibadah seperti mengaji, salat dan berdzikir,” ujar Solikin kepada detikcom, usai memimpin senam pagi.
Solikin mengungkapkan bahwa pesantren ini gratis untuk warga setempat. Namun bagi para santri yang tinggal di pondok, pengelola memberikan metode pembiayaan subsidi silang berdasarkan kemampuan masing-masing santri.
“Kami tidak mematok biaya yang harus dikeluarkan untuk mondok di sini. Semua disesuaikan dengan kemampuan masing-masing, sehingga yang berlatar belakang mampu bisa membantu yang kurang mampu dalam hal ekonomi, tetapi jika benar-benar tidak mampu maka bisa kita rembug bersama untuk mencari solusi,” ujar Solikin yang setiap hari juga bekerja sebagai petugas kesehatan di Puskesmas Pembantu Desa Gedong.
Bangunan Pesantren Kasepuhan Raden Rahmat menempati lahan milik sang ketua yayasan, Winarno (43). Winarno mengaku tujuanya membangun pesantren adalah untuk mengabdi kepada para lansia di kampung halamannya.
“Saya ini niatnya mencarikan teman beraktivitas untuk ibu saya yang juga sudah sepuh. Namun Allah SWT memberi jalan saya untuk mengabdi kepada para lansia. Ya kami pikir ini sebagai amanah, dan kami pengelola akan terus berupaya, tentu juga kami berkoordinasi dengan pemerintah melalui dinas sosial untuk setiap kegiatan yang kami lakukan,” ujar Winarno.
Ditemui disela-sela aktivitas berkebun salah seorang santri, Daud Abdullah (68) mengaku bersyukur bisa tinggal di pondokan. Ia berharap, kondisi kesehatannya semakin membaik dan dapat beribadah lebih khusyuk, terlebih di bulan Ramaan kali ini.
“Saya dulu kena stroke, waktu awal ke sini juga belum seperti sekarang yang bisa beraktivitas normal. Namun sekarang bisa ke masjid, bisa ikut mengaji tiap sore, dan bisa berkebun, apalagi hasilnya saya konsumsi seperti wedang jahe dan kunyit. Bagi saya ada di sini, merupakan hal yang sangat saya syukuri. Terlebih di sini udaranya sejuk, saya jadi makin betah disini,” ujar kakek asal Jambi ini.
Selain berkegiatan di dalam lingkungan pesantren, para santri juga bermasyarakat dengan warga setempat. Oleh Daud, hal ini ia jadikan cara untuk beradaptasi secara utuh supaya lekas menjadi bagian dari masyarakat sekitar pesantren.
“Saya kalau selesai mengaji dan salat biasanya silaturahim ke rumah warga. Jadi nyaman di sini, warga menerima kami dengan baik, kayak di kampung sendiri, anak-anak di sini juga saya anggap seperti cucu saya,” tandas Daud. (dtc/tm)