Bupati Semarang H Mundjirin memimpin upacara Harkitnas tingkat Kabupaten Semarang di Alun-Alun Bung Karno, Kalirejo, Ungaran Timur, Senin (20/5/2019) pagi. FOTO:UNGARANNEWS

UNGARANNEWS.COM. UNGARAN TIMUR– Peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) 2019 tingkat Kabupaten Semarang digelar di Alun-Alun Bung Karno, Kalirejo, Ungaran Timur, Senin (20/5/2019) pagi dengan tertib dan khidmat.

Bertindak selaku inspektur upacara Bupati Semarang H Mundjirin. Hadir pada acara itu anggota Forkompimda, Kapolres Semarang AKBP Adi Sumirat, Dandim 0714 Salatiga Letkol. Inf. Prayogha Erawan, Wakil Bupati Semarang Ngesti Nugraha, pimpinan SKPD dan undangan lainnya.

Dihadapan ratusan peserta terdiri dari pelajar, Pramuka, PNS dan Polri serta unsur lainnya, Bupati H Mundjirin membacakan sambutan tertulis Menteri Komunikasi dan Informatika Rudi Antara.

Dikatakan Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia telah dikumandangkan sejak jaman Kerajaan Majapahit oleh Patih Gajah Mada. Dalam kitab Pararaton tertulis: Sira Gajah Madapatih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah Mada: “Lamun huwus kalah nusantara isun am Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa”.

“Memang ada banyak versi tafsiran atas teks tersebut, terutama tentang apa yang dimaksud dengan “amukti palapa”. Namun meski sampai saat ini masih belum diperoleh pengetahuan yang pasti, umumnya para ahli sepakat bahwa amukti palapa berarti sesuatu yang berkaitan dengan laku prihatin sang Mahapatih Gajah Mada,” ujar Bupati.

Arti dari ungkapan tersebut, lanjut Bupati, ia tak akan menghentikan mati raga atau puasanya sebelum mempersatukan Nusantara. Sumpah Palapa tersebut merupakan embrio paling kuat bagi janin persatuan Indonesia.

Wilayah Nusantara yang disatukan oleh Gajah Mada telah menjadi acuan bagi perjuangan berat para pahlawan nasional kita untuk mengikat wilayah Indonesia seperti yang secara de jure terwujud dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) saat ini.

Disebutkan, makna persatuan nusantara dalam Sumpah Palapa itu relevan dengan kondisi paska pesta demokrasi pemilu serentak bulan April lalu.

“Kita mengaspirasikan pilihan yang berbeda-beda dalam pemilu, namun semua pilihan pasti kita niatkan untuk kebaikan bangsa. Oleh sebab itu tak ada maslahatnya jika dipertajam dan justru mengoyak persatuan sosial kita,” urainya.

Ditambahkan, kelancaran Pemilu tidak lepas dari pengorbanan banyak anggota kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS), bahkan berupa pengorbanan nyawa. Menurutnya, sungguh mulia perjuangan mereka untuk menjaga kelancaran dan kejujuran proses Pemilu ini.

“Sambil mengirim doa bagi ketenangan jiwa para pahlawan demokrasi tersebut, alangkah eloknya jika kita wujudkan ucapan terima kasih atas pengorbanan mereka dengan bersama-sama menunggu secara tertib ketetapan penghitungan suara resmi yang akan diumumkan oleh lembaga yang ditunjuk oleh undang-undang, dalam waktu yang tidak lama lagi,” tandasnya.

Selain itu, Menteri Kominfo melalui teks yang dibaca Bupati, menyinggung tentang peran organisasi Boedi Oetomo yang mampu menjalin kemajemukan bangsa dalam bingkai persatuan.  Persatuan bangsa yang didasari kearifan lokal yakni sikap gotong royong, menurut Rudi, masih tetap relevan dan tidak lekang oleh zaman.

Bahkan dia yakin dalam tiga puluh tahun kedepan, Indonesia akan bisa menjadi negara maju jika mampu menjaga suasana bangsa yang kondusif penuh harmoni dan kesatuan.

“Saya ajak sesame anak bangsa secara sadar memaknai peringatan kali ini dengan memperbarui semangat gotong royong dan kolaborasi, sebagai warisan kearifan lokal yang akan membawa kita menuju kejayaan di pentas global,” pungkasnya. (abi/tm)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here