UNGARANNEWS.COM. JAKARTA- Kapolri Jenderal Tito Karnavian mendapatkan laporan mengenai enam orang tewas dalam kerusuhan 22 Mei. Namun Tito meminta masyarakat jangan langsung menarik kesimpulan mereka merupakan korban aparat.
“Saya mendapatkan laporan dari Kabiddokes, ada 6 orang meninggal dunia. Informasinya ada yang kena luka tembak, ada yang kena senjata tumpul,” ujar Tito dalam konferensi pers di Kemenkopolhukam, Rabu (22/5/2019).
Tito mengatakan, perihal 6 orang yang meninggal dalam rusuh 22 Mei itu, perlu ditelusuri lebih lanjut mengenai penyebab dan siapa pelakunya.
“Harus kita clearkan, di mana dan apa sebabnya. Tapi jangan langsung apriori,” tutur Tito.
“Karena kita menemukan barang-barang seperti ini (sambil menunjuk senapan M4). Ini di luar tangan TNI dan Polri. Apalagi memang ada upaya untuk memprovokasi itu sehingga membangun kemarahan publik,” sambungnya.
Senapan M4 yang dihadirkan dalam konferensi pers ini merupakan senapan yang diduga diselundupkan oleh Mayjen (purn) Soenarko, mantan Danjen Kopassus, dari Aceh ke Jakarta.
“Senjata panjang jenis M-4 dilengkapi dengan peredam. Jadi kalau ditembakkan suaranya tidak kedengaran. Juga dilengkapi pisir artinya bisa dipakai teleskop untuk sniper,” sebut Tito.
Penangkapan tersebut setelah pihak Polri mendapat informasi akan ada rencana berdarah yang diciptakan pada Aksi 22 Mei. Tito mengatakan, pihaknya juga menangkap sejumlah orang yang membawa senjata laras pendek untuk digunakan membuat rusuh.
“Tanggal 21 Mei kemarin kita juga menangkap 3 orang. Mereka ditangkap dengan senjata revolver jenis Taurus Glock 22 berikut sejumlah peluru 2 dus M-40 hampir 60 butir. Pengakuan mereka sama nanti dipakai untuk tanggal 22,” sebutnya sambil menunjukkan pistol yang dimaksud.
“Tujuan untuk apa? informasi intelijen kita senjata-senjata ini mereka pakai di antaranya untuk selain kepada aparat, pejabat juga, juga untuk ke massa supaya timbul martir. Alasan untuk buat publik marah, yang disalahkan aparat pemerintah,” tambah Tito.
Penangkapan-penangkapan itu berawal dari informasi intelijen akan adanya upaya membuat situasi menjadi ricuh, menyusul pengumuman hasil Pemilu 2019. Skenarionya adalah akan membuat jatuhnya korban dari pendemo yang akan menyalakan aparat keamanan.
Jika memang benar tuduhan tersebut tapi mengapa tidak ada korban jiwa dari kalangan petugas keamanan? (dtc/abi/tm)