Oleh: Riva Mustika Anugrah, S,Gz.,M Gizi (Dosen Prodi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ngudi Waluyo Ungaran, DPL Desa Cukil dan Desa Karangduren Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang)
DI usianya yang ke 74 negara Indonesia masih dihadapkan pada berbagai masalah kesehatan, baik yang disebabkan oleh gizi lebih ataupun gizi kurang yang terjadi pada anak ataupun dewasa. Anak merupakan aset bangsa yang semestinya diperhatikan oleh semua pihak dalam setiap perkembangannya, anak-anak kita saat ini akan menjadi sumber daya yang akan membangun negara ini menjadi negara yang unggul dan maju dalam segala bidang di masa depan.
Kondisi politik dan ekonomi menjadi salah satu faktor tidak langsung yang mempengaruhi masalah kesehatan pada anak. Kesejahteraan keluarga, kebersihan pribadi dan lingkungan merupakan faktor langsung yang harus diperhatikan bersama. Kesejahteraan keluarga akan berdampak langsung pada daya beli dan jumlah asupan makan, selain itu pola asuh keluarga pada anak, pengetahuan gizi ibu ataupun pengasuh dapat mempengaruhi kesehatan pada anak.
Masalah gizi kurang yang sampai saat ini masih mengemuka dan belum terselesaikan adalah stunting atau anak pendek atau dikenal juga dengan istilah kerdil. Seorang anak dapat dikatakan stunting apabila mempunyai tinggi badan atau panjang badan dibawah normal usianya. Penyebabnya adalah anak kekurangan gizi terutama energi dan protein dalam jangka waktu yang sangat lama. Energi dan protein adalah zat gizi utama yang sangat diperlukan untuk tumbuh kembang seorang anak.
Menurut data dari Bappenas kejadian stunting menyebar di seluruh wilayah Indonesia pada lintas kelompok pendapatan atau ekonomi sehingga masaalh stunting tidak selalu ditemukan pada keluarga dengan ekonomi bawah atau miskin tapi ditemukan juga pada keluarga menengah keatas. Berdasarkan RPJMN ( Rencana Pembangunan Jangka menengah nasional permarintah mempunyai target dalam menurunkan angka kejadian stunting dari 32,9% emnjadi 28 % pada tahun 2019. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) angka kejadian stunting pada suatu negara maksimal sebanyak 20%.
Kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama bisa terjadi pada 1000 hari pertama kehidupan anak yang terdiri dari 270 hari masa kehamilan dan 730 hari masa kehidupan anak yang dibagi menjadi 6 bulan pertama kehidupan hanya diberikan ASI saja ( ASI eksklusif) dan pemberian MP ASI sesuai dengan umur. Meskipun terjadi penurunan angka stunting dari 37,2 persen pada Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menjadi 30,8 persen pada Riskesdas 2018, hal ini tetaplah harus menjadi perhatian semua kalangan karena jika tidak diatasi akan berdampak pada kemajuan suatu bangsa. Mengapa?
Apabila anak mengalami stunting akan berpengaruh pada postur tubuh yang tidak optimal, pertumbuhan anak secara linier (tumbuh ke atas) akan sejalan dengan volume otak dan volume otak akan berhubungan langsung dengan kecerdasan. Perkembangan otak yang tidak sempurna tidak dapat dipulihkan sehingga berpengaruh pada penurunan kapasitas belajar dan performa kurang optimal saat masa sekolah”.
Stunting akan berakibat pada keadaan obesitas, karena seseorang yang bertubuh pendek mudah terkena obesitas dibandingakan dengan seseorang yang bertubuh tinggi. Obesitas berakibat pada kejadian penyakit tidak menular seperti jantung, kanker dan diabetes mellitus. Hal ini berhubungan dengan produktifitas kerja yang rendah dan biaya kesehatan yang tinggi bahkan kematian di usia muda sehinga berpengaruh pada kemajuan suatu bangsa.
Asupan gizi dalam 1000 hari pertama kehidupan, pola asuh dan pengendalian kejadian penyakit infeksi pada anak menjadi upaya yang harus dioptimalkan dalam pengendalian stunting, selain itu pelayanan kesehatan yang cepat dan praktis akan mendukung program penurunan angka stunting. Kebersihan diri dan lingkunganpun harus sangat diperhatikan mengingat erat kaitannya dengan penyakit infeksi, karena dengan terjadinya penyakit infeksi, terutama infeksi yang berulang akan menyebabkan risiko stunting semakin besar karena asupan makan yang sedikit. Apabila infeksi terjadi maka energi yang seharusnya dipakai untuk pertumbuhan maka akan dialihkan untuk melawan infeksi tersebut.
Sosialisasi terhadap orang tua yang mempunyai balita harus semakin gencar dilakukan karena tidak semua orang tua tau dan paham mengenai stunting dan dampaknya. Semua zat gizi penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak, namun energi dan protein adalah zat gizi yang menjadi perhatian khusus, keduanya termasuk zat gizi makro.
Sedangkan zat gizi mikro yang menjadi perhatian utama adalah kalsium, zink dan zat besi. Kebutuhan akan zat gizi tersebut dapat terpenuhi dari mengkonsumsi makanan dengan bervariasi, perlu diingat tidak perlu makanan mahal atau berasal dari luar negeri tapi memanfaatkan pangan lokal yang ada di sekitar itu menjadi salah satu cara mengkonsumsi berbagai macam makanan.
Melihat dampak yang begitu besar dari stunting maka penurunan angka stunting menjadi hal penting yang harus diperhatikan oleh semua pihak. Anak anak yang cerdas dan sehat di masa kini akan menjadi sumber daya yang produktif di masa depan, sehingga dapat berperan secara nyata untuk kemajuan bangsa, bersaing dalam dunia global dan menciptakan prestasi luar biasa di tingkat internasional. (*)