
UNGARANNEWS.COM. TUNTANG- Festival Dana Desa (FDD) Kabupaten Semarang dibuka Bupati Semarang H Mudjirin di GOR Pandanaran Wujil Kecamatan Bergas, Rabu (18/12) berlangsung hingga Kamis (19/12/2019) hari ini. Di balik acara seremonial tersebut kecaman masyarakat terhadap kegiatan yang diambilkan dari Dana Desa (DD) sebesar Rp 624 juta terus bermunculan.
Berdasarkan panelusuran di sejumlah group media sosial Semarang (Facebook), sindiran dan cercaan dialamatkan kepada panitia FDD yang dinilai tidak punya empati atas kesulitan hidup yang dialami sebagian masyarakat Kabupaten Semarang.
“Pikirkan kesejahteraan masyarakat, daripada pemerintan dan DPRD berfoya-foya. Bikin festival kok pakai dsna desa,” komen WS di salah satu komunitas Facebook menanggapi ramainya pemberitaan FDD yang menggunakan dana super fantastis tersebut.
Menanggapi tanggapan miring dari masyarakat terkait anggaran FDD, Ketua Komisi Pencegahan Korupsi dan Pungli (PKP) Jateng-DIY, Suyana HP mengatakan kegiatan tersebut memang tidak tepat sasaran.
“Dana Desa penggunaannya untuk pembangunan. Masyarakat sudah pasti teriak manakala dana desa sebesar Rp 624 juta di Kabupaten Semarang digunakan untuk kegiatan pesta-pesta. Uang sebesar itu lebih manfaat buat bangun jembatan, jalan, gedung fasilitas umum daripada dihamburkan untuk ‘bacaan’,” ujarnya, Kamis (19/12/2019) di kantor PKP Jateng-DIY gedung PIKK, Tuntang, Kabupaten Semarang.
Suyana menyatakan konsep FDD sudah benar untuk pelaporan hasil pembangunan desa dari Dana Desa, tapi konsep itu melenceng jauh dari nawa cita pemerintah pusat.
FDD dinilai sangat tidak efektif sebagai informasi desa, tempat kegiatan diadakan di tempat tertutup di dalam GOR tidak bisa berintraksi langsung dengan masyarakat. Acara yang dikemas juga tidak ada korelasi dengan tujuan pembangunan desa.
“Masak ada acara lomba karaoke dan joget antarkecamatan. Memangnya ini acara tujuhbelas Agustusan, terus motivasinya apa kalau menang joged? Kegiatan FDD tidak tepat, dana sebesar itu banyak ruginya buat masyarakat,” tegasnya.
Adanya penyimpangan ini, Suyana meminta lembaga terkait untuk mengusut penggunaan dana desa yang diduga banyak terjadi penyimpangan. “Unsur markup penggunaan anggaran dan pemborosan harus diusut. Mustahil dana Rp 624 juta murni habis dalam satu kegiatan,” tegasnya lagi.
Dicontohkan Suyana, panitia katanya akan menyiapkan makanan sebanyak 5.000 kotak, pihaknya akan menelusuri kebenaran itu. Pasalnya, pengunjung yang datang kebanyakan kalangan perangkat dan pegawai kecamatan. Masyarakat umum tidak banyak yang tahu karena acara tanpa publikasi dan informasi masif.
“Nasi sebanyak itu kalau benar-benar diadakan apa tidak mblendingen yang makan karena akan turah banyak,” tandasnya.
Ketua Panitia Penyelenggara FDD Sugiharto ketika dikonfirmasi mengatakan, pihaknya hanya melaksanakan kegiatan yang sudah disepakati bersama Hamong Projo, Forum Perangkat, PPDI dan kecamatan.
“Panitia hanya menerima Rp 1,3 juta per desa. Kalau besaran uang yang disetor ke Kecamatan saya tidak tahu. Semua sudah dimusyawarahkan,” ujarnya.
Berdasarkan roundown yang diterima UNGARANNEWS.COM, lomba karaoke dan joged diadakan melombakan antarregu kecamatan. Usai kegiatan ini dilanjutkan dengan penampilan kesenian tradisional.
“Kegiatan diakhiri dengan penutupan dan penyerahan hadiah lomba,” ujar Sugiharto, Kepala Desa Jatijajar Kecamatan Bergas ini.
Diberitakan sebelumnya berdasarkan temuan PKP Jateng-DIY, FDD digelar dengan angaran sebesar Rp 624 juta. Anggaran tersebut dikumpulkan dari sebanyak 208 desa di Kabupaten Semarang, masing-masing diminta menyetorkan sebesar Rp 3 juta diambilkan dari Dana Desa.
Besaran anggaran dinilai berlebihan dan menyakiti masyarakat Kabupaten Semarang. Uang negara sebesar itu tidak semestinya digunakan untuk kegiatan seremonial dan pesta-pesta. Atas temuan ini PKP akan melaporkan dugaan penggunaan DD tidak semestinya ini ke BPK dan APH. (abi/tm)