Ribuan ikan mati mendadak (booming) di kolam PLTA Jelok Tuntang, belum lama ini. FOTO:IST/UNGARANNEWS

UNGARANNEWS.COM. TUNTANG- Puluhan ribu ikan di kolam Tandu Harian (KTH) PLTA Timo, Jelok, Desa Tlompakan, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, belum lama ini mati secara massal (booming). Kejadian ini  meresahkan para peternak ikan di kawasan Rawa Pening.

Bahan baku air kolam yang berasal dari Rawa Pening dikhawatirkan nasib petani karamba Rawa Pening nantinya bisa mengalami kejadian yang sama dengan petani kolam PLTA.

Pengelola pemancingan KTH PLTA Timo, Tamin mengungkapkan sumber air kolam tersebut berasal dari Rawa Pening. Jenis ikan yang ada di KTH PLTA adalah patin, nila, graskap, blaster, carter dan talas. Ia menduga salah satu penyebab air kematian ikan akibat keracunan pestisida.

“Kemungkinan tercemar dari air Rawa Pening, karena ikan di rawa juga banyak yang mati. Terbanyak yang mati adalah ikan jenis talas. Sejak pertama ada pencemaran, sekitar 2,5 ton yang mati,” ungkapnya.

Analisa dia adanya endapan pestisida dan eceng gondok memengaruhi kondisi air yang terbawa hujan hingga masuk ke kolam. Begitu air terkontaminasi pestisida masuk kolam banyak ikan yang mati keracunan. Benarkah pestisida jadi penyebab booming?

Direktur Eksekuti! Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jakarta Puput TD Putra menyatakan fenomena kematian ribuan ikan seperti pernah terjadi di Jakarta, disebabkan perebutan oksigen antara ikan dan alga merah yang berkembang biak secara pesat.

Pesatnya perkembangan alga. dikatakan Puput, disebabkan meningginya kandungan limbah yang masuk ke hilir. Fenomena tersebut tidak lepas dari proses eutrofikasi di perairan.

“Eutrofikasi merupakan proses pengayaan nutrisi dan bahan organik dalam air atau pencemaran air yang disebabkan munculnya nutrisi yang berlebihan ke dalam ekosistem perairan,” jelasnya seperti dilansir dari lipi.go.id.

Air dikatakan tercemar apabila ada pengaruh atau kontaminasi zat organik maupun anorganik ke dalam air Hubungan itu terkadang tidak seimbang karena setiap kebutuhan organisme berbeda-beda. Ada yang diuntungkan karena menyuburkan sehingga dapat berkembang dengan cepat, sedangkan organisme lain terdesak.

Perkembangan organisme perairan secara berlebihan merupakan gangguan dan dapat dikategorikan sebagai pencemaran, yang merugikan organisme akuatik lainnya maupun manusia secara tidak langsung.

Ini merupakan masalah yang sering dihadapi di seluruh dunia di ekosistem perairan tawar maupun laut. Eutrofikasi dapat disebabkan beberapa hal, di antaranya karena ulah manusia yang tidak ramah terhadap lingkungan emisi nutrisi dari industri.

Limbah nutrisi sendiri bisa berasal dari proses alamiah di lingkungan air itu sendiri (background source), industri, detergen, pupuk pertanian, limbah manusia, dan peternakan. Limbah yang mengandung unsur harafoslor dan nitrogen akan merangsang pertumbuhan fitoplankton atau alga dan meningkatkan produktivitas perairan.

Sebaliknya dalam keadaan berlebihan itu akan memicu timbulnya blooming algae yang justru merugikan kehidupan organisme yang ada di perairan. Penumpukan bahan nutrisi itu akan menjadi ancaman kehidupan ikan di perairan pada saat musim pancaroba.

“Adanya peningkatan suhu udara, pemanasan sinar matahari, dan tiupan angin kencang akan menyebabkan terjadinya gotakan air di perairan. Hal itu menyebabkan arus naik dari dasar perairan yang mengangkat massa air yang mengendap,” jelasnya.

Massa air yang membawa senyawa beracun dari dasar danau atau laut mengakibatkan kandungan oksigen di badan air berkurang. Rendahnya oksigen di air itulah yang menyebabkan kematian ikan secara mendadak. (abi/tm)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here