Kompleks alun-alun kota Tegal menuju Stasiun Kereta Api Tegal ditutup Pemkot Tegal saat penerapan PSBB. FOTO:DOK/IST/RATEG

UNGARANNEWS.COM. SOLO- Ilmuwan matematika Universitas Sebelas Maret (UNS), Solo, memprediksi puncak infeksi virus Corona jenis baru (COVID-19) terjadi pada pertengahan Mei 2020. Namun akhir dari pandemi ini tergantung dari kebijakan yang diambil pemerintah.

Sutanto Sastraredja, yang juga dosen Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan (FMIPA) UNS, memaparkan secara matematis dinamika populasi COVID-19 dengan model SIQR.

Penjelasan model ini adalah Susceptible (S) digambarkan sebagai orang yang sehat yang rentan terinfeksi, Infected (I) sebagai individu yang terinfeksi, Quarantine (Q) sebagai proses karantina, dan Recovery (R) adalah orang yang telah sembuh dari COVID-19.

Data-data diambil mulai 2 Maret 2020 saat pertama kali pemerintah mengumumkan secara resmi terdapat dua orang yang terinfeksi virus Corona. “Saya ambil data sampai 22 Maret,” ujar Susanto, kemarin.

“Dari data itu saya temukan parameter. Parameter ini kemudian saya masukkan dalam rumus matematika, sehingga bisa menghitung kecepatan orang yang sudah terinfeksi, dan yang masuk karantina,” ujarnya.

Kecepatan orang sehat jadi terinfeksi, menurut Susanto, dipengaruhi faktor laju kontak. Laju kontak semakin besar jika orang sering bertemu dan berkumpul. “Kondisi ini akan membuat banyak yang berpindah status dari S jadi I atau terinfeksi,” ujarnya.

Orang yang terinfeksi ini akan ada yang meninggal atau sembuh. Namun orang yang terinfeksi ini bisa melakukan karantina total atau Q. Besarnya orang yang masuk dalam karantina tergantung lagi pada faktor laju karantina.

“Faktor laju karantina ini tergantung kemampuan negara dan masyarakat,” ujar Susanto.
Model SIQR ini kemudian dianalisis lagi menggunakan metode numerik Runge-Kutta Orde 4 sehingga menghasilkan sebuah grafik. Kesimpulannya, jika tidak ada perubahan dalam penanganan, diperkirakan puncak infeksi terjadi pada pertengahan Mei 2020.

Saat itu, menurut perhitungan Susanto, terdapat 2,5 persen dari populasi yang berisiko dari Indonesia akan terinfeksi virus Corona. Setelah itu mulai akan ada penurunan.
Doktor ilmu matematika terapan dari Universite de Bordeaux, Prancis, itu dalam analisisnya mengambil prediksi masa 100 hari penyebaran atau sampai tanggal 10 Juni 2020. Mengapa demikian?

“Kita harus kerja berbasis target. Dan saya lihat negara yang terjangkit COVID-19, pertahanan ekonominya sudah mulai ambruk kalau lewat 100 hari, sehingga saya membuat hitungan 100 hari penyebarannya harus berhenti,” ujar Susanto.

Namun, Susanto mengingatkan, dirinya tidak membuat kesimpulan bahwa pandemi COVID-19 akan berhenti pada 10 Juni tersebut. Menurutnya, penentu akhir wabah ini berada di tangan pemerintah. Pemerintah harus bisa mengeluarkan kebijakan yang tepat untuk mengatur nilai faktor laju kontak dan faktor laju karantina.

“Di Wuhan, faktor laju kontak dinolkan dengan lockdown total. Tapi apakah full lockdown bisa dimungkinkan di sini. Kalau ternyata sulit, bisa agak dilonggarkan tapi syaratnya laju orang masuk karantina harus diperbesar,” katanya.

Sementara itu, jumlah kasus positif virus corona COVID-19 mengalami peningkatan. Virus mematikan ini sudah menyebar di 30 provinsi seiring temuan kasus baru di Sulawesi Barat. Dengan demikian tinggal 4 provinsi yang masih bertahan.

Data hingga Minggu (29/3/2020), tercatat total pasien 1285 orang. Pasien yang sembuh 64 orang dan 114 meninggal dunia.

Ke-30 provinsi terpapar corona covid-19 itu adalah: DKI Jakarta (675), Banten (106), Jawa Barat (149), Jawa Timur (90), Jawa Tengah (63), Di Yogyakarta (22), Aceh (5), Sumatera Utara (8), Sumatera Barat (5), Kepulauan Riau (5), Riau (1), Jambi (1), Sumatera Selatan (2), Lampung (4), Kalimantan Timur (17), Kalimantan Barat (8), Kalimantan Tengah (7), Kalimantan Selatan (1), Kalimantan Utara (2), Sulawesi Selatan (47), Sulawesi Tenggara (3), Sulawesi Utara (2), Sulawesi Tengah (2), Sulawesi Barat (1), Bali (10), Nusa Tenggara Barat (2), Maluku (1), Maluku Utara (1), Papua (9), Papua Barat (2). Di luar itu ada 33 kasus dalam proses verifikasi di lapangan.

Pasien meninggal dunia di DKI Jakarta (68), Jawa Barat (19), Jawa Tengah (7), Jawa Timur (7), Banten (4), Bali (2), DI Yogyakarta (2), Sumatera Selatan (1), Sumatera Utara (1), Kepulauan Riau (1), Sulawesi Selatan (1).

“Terbukti penularan masih terjadi,” kata juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona COVID-19, Achmad Yurianto, Sabtu (28/3).

Sementara itu, jumlah pasien yang dinyatakan sembuh bertambah 13 menjadi 59. Jumlah pasien meninggal bertambah 15 menjadi 102 kasus. (dbs/dtc/tm)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here