Latihan Silat. FOTO:DOK/ILUSTRS/IST

UNGARANNEWS.COM. SRAGEN-Nasib malang menimpa MA (13) asal Desa Saren, Kecamatan Kalijambe, Sragen. Siswa MTS itu ditemukan meregang nyawa saat mengikuti latihan rutin Perguruan Silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT).

Insiden tragis itu terjadi tadi malam, Minggu malam (24/11) pukul 23.00 WIB. Siswa itu meninggal diduga mendapat latihan fisik dan tendangan dari seniornya.

Data yang dihimpun di lapangan, insiden itu terjadi saat korban mengikuti latihan di wilayah Dukuh Ngrendeng RT 22, Desa Kaloran, Kecamaran Gemolong, Sragen.

Menurut sejumlah saksi, malam itu korban mengikuti latihan bersama sekitar 20 peserta PSHT pemula lainnya. Korban mengikuti latihan mulai pukul 20.00 WIB. Semula, latihan berjalan biasa saja.

Saat korban mengikuti latihan dan sedang posisi kuda-kuda kemudian diberikan tendangan A atau dengan ujung kaki oleh seniornya, FAS (16) asal Donoyudan, Kalijambe satu kali ke arah perut, korban langsung terjengkang dan jatuh ke belakang.

Seketika itu, korban langsung kejang-kejang. Situasi latihan langsung geger. Seketika, FAS langsung berusaha menolong korban dengan cara diurut perutnya. Namun korban tidak sembuh kemudian korban dibawa oleh beberapa senior lainnya ke bidan di wilayah Saren.

Namun kondisi korban tetap tak sadarkan diri. Korban kemudian dirujuk ke RS Yakssi Gemolong, sempat mendapat pertolongan dengan alat picu jantung, namun nyawa bocah asal Kalijambe, itu tidak tertolong. Ia meninggal dunia sekitar pukul 23.00 WIB.

Ketua PSHT Cabang Sragen, Jumbadi, menegaskan tidak ada unsur kesengajaan dalam kasus meninggalnya salah satu anggotanya MA. Tidak ada unsur balas dendam antara pelatih dengan anggota yang dilatih.

Meski demikian dia membenarkan pelatih FAS belum punya sertifikat kompetensi sebagai pelatih. Namun, FAS sudah diperkenankan melatih karena sudah dikukuhkan sebagai warga PSHT pada September lalu.

“Kalau sudah disahkan sebagai warga [PSHT] dia sudah bisa melatih walau sertifikatnya belum turun dari pusat (Madiun, red),” jelas Jumbadi, Senin (25/11/2019).

Dia juga menegaskan dalam kepelatihan anggota PSHT sudah ada standardisasi untuk menunjang keamanan. Menurutnya, melatih kekuatan perut melalui tendangan dan pukulan sudah menjadi hal biasa dalam latihan.

“Kontak fisik dalam pencak silat itu hal biasa. Yang penting semua sama-sama tahu dan harus ada aba-aba dulu supaya yang dilatih siap untuk menahan tendangan atau pukulan,” paparnya kepada solopos.

Terkait meninggalnya MA, Jumbadi belum bisa memastikan apakah ada kesalahan prosedur dalam proses latihan. Dia menganggap meninggalnya MA bisa jadi dipengaruhi faktor kondisi tubuh sebelum berlatih.

Kapolres Sragen, AKBP Yimmy Kurniawan melalui Plt Kasubag Humas, AKP Harno membenarkan kejadian itu. Menurutnya, kronologi kejadian bermula ketika ada latihan warga yunior PSHT di wilayah Gemolong
“Yang senior melakukan tendangan. Nah, setelah mendapat tendangan, korban langsung terjatuh dan tak sadarkan diri. Sempat dibawa ke rumah sakit, namun sudah dinyatakan meninggal dunia,” papar AKP Harno.

Saat ini, kasus itu sedang ditangani intensif oleh Satreskrim Polres Sragen. Jenasah MA sempat dibawa ke Solo untuk dilakukan otopsi.  Daat ini kasus itu masih dalam penanganan intensif penyidik Reskrim Polres Sragen.

Kapolsek Gemolong, AKP I Ketut Putra mengatakan kasus tersebut sudah dilimpahkan ke Unit PPA Reskrim Polres Sragen. Pasalnya antara korban dan senior yang melakukan tendangan, sama-sama masih di bawah umur.

“Kalau dari keterangan senior yang menendang, malam itu sedang latihan lalu dari pelatihnya (FAS) melakukan tendangan ke perut, sehingga korban terjatuh dan pingsan. Dibawa ke rumah sakit tidak terselamatkan,” papar AKP Ketut. (sgt/tm)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here