Kegiatan anak-anak TK Al Azhar. FOTO:IST/0OK AL AZHAR

UNGARANNEWS.COM. TEGAL- Rencana pendirian Lembaga Pendidikan Al Azhar di Pesurungan Kidul, Kota Tegal ditolak oleh masyarakat setempat.  Penolakan tersebut tertuang dalam pernyataan sikap sebanyak 164 warga Pesurungan Kidul yang tergabung dalam Forum Masyarakat Pesurungan Kidul Penganut Faham Ahlussunnah WalJamaah.

Penolakan itu didasari kesepakatan perwakilan warga Pesurungan Kidul, yakni KH Abd. Jalil, Sunardi, Benny Istoro, Sipon J dan Jaenudin dengan pihak Yayasan Al Madinah selaku pengelola Lembaga Pendidikan Al Azhar yang diketuai dr Wahyu Heru.

Surat pernyataan tertanggal 3 Desember 2019 itu telah dilayangkan ke wali kota Tegal dan beberapa instansi atau lembaga terkait lainnya, yakni Polres Tegal Kota, DPRD, Kemenag, PBNU, PWNU Jawa Tengah, dan Badan-badan otonom NU.

Dalam pernyataannya, Forum Masyarakat Pesurungan Kidul Penganut Ahlussunnah Waljamaah mengemukakan tiga alasan yang menjadi pertimbangan penolakan.

Pertama, kewaspadaan terhadap kelompok-kelompok dan lembaga pendidikan yang berpotensi mengembangkan sikap intoleransi, karena sikap intoleransi adalah benih paham radikalisme.

Kedua, warga Pesurungan Kidul didominasi muslim Ahlussunnah Waljamaah, sehingga keberadaan lembaga pendidikan yang diyakini berhaluan Wahabi dikhawatirkan hanya akan menimbulkan gesekan-gesekan di masyarakat.

Selain itu, mereka juga mengemukakan bahwa kebutuhan pendidikan dari PAUD hingga SMA di wilayah Pesurungan Kidul dan sekitarnya sudah bisa ditangani sekolah-sekolah yang sudah ada. Sehingga keberadaan sekolah baru tidak diperlukan lagi.

Tokoh agama setempat, KH. Abdul Jalil yang sebelumnya turut membuat kesepakatan kini ikut menolak. Dia menyatakan bahwa gerakan ini murni dari masyarakat, dan tidak ada kelompok yang menumpangi.

“Gerakan kami murni, terdorong oleh kegelisahan masyarakat akan kemungkinan munculnya gesekan-gesekan di masyarakat kelak,” kata Abdul Jalil.

Menurutnya, msyarakat Pesurungan Kidul mayoritas penganut Ahlussunnah Waljamaah. Karenanya, jika ada lembaga pendidikan baru dengan paham berbeda, dia khawatir akan timbul masalah di kemudian hari. “Jadi mumpung belum berdiri kami menolak,” tukasnya.

Senada KH. Abdul Jalil, tokoh perempuan Pesurungan Kidul, Ade Dian, juga menyatakan keberatannya. Menurutnya, jumlah sekolah dari tingkat PAUD hingga SMA di Pesurungan Kidul dan sekitarnya sudah cukup banyak, jadi sekolah baru tidak dibutuhkan.

“Saya yakin masih bisa menampung banyak siswa. Jadi saya rasa tidak perlu ada sekolah baru,” katanya. (rateg/tm)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here