Pasar Bandungan Baru di Dusun Ngunut, Desa Jetis, Kecamatan Bandungan terlihat megah, Kamis (13/2/2020). FOTO:ABI/UNGARANNEWS

UNGARANNEWS.COM. BANDUNGAN- Pembangunan Bandungan di Dusun Ngunut, Desa Jetis, Kecamatan Bandungan sudah selesai pembangunan. Saat ini tinggal menyelesaikan finishing beberapa stan yang belum terpasang rooling door.

“Iya pak, pembangunan sudah selesai. Masih ada beberapa tukang bekerja memasang rooling door yang belum terpasang, hanya beberapa saja yang lain sudah terpasang,” ujar penjaga proyek pasar yang juga warga setempat, Untung kepada UNGARANNEWS.COM, kemarin.

Meski pembangunan pasar Bandungan sudah selesai namun belum bisa segera ditempati karena menunggu masa perawatan dari kontraktor proyek. Rencana pedagang akan menempati sekitar awal Juni seusai lebaran mendatang.

“Pedagang yang menempati nantinya ada sekitar 454 pedagang. Rencana pedagang direlokasi ke pasar baru setelah lebaran nanti,” ujar Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Semarang, Heru Cahyono kepada wartawan, kemarin.

Teknis pembagian los dan kios nantinya, dijelaskan Heru, para pedagang akan ditata di pasar baru berdasarkan komoditi dagangan.

“Kita berlakukan zonasi pedagang sesuai komoditi. Hal tersebut untuk menjaga kerapian pasar. Saat ini sedang kami rapatkan untuk pembuatan zonasi,” tandasnya.

Di antara pedagang yang akan menempati, lanjut Heru, terdiri dari pedagang sayur, bunga, makanan, pakaian, kerajinan, dan lain-lain. Mereka nantinya akan menempati los dan stan sesuai zonasi.

Dijelaskan Heru, tujuan pembagian zonasi untuk menjaga keberlangsungan para pedagang dan membangun rasa keadilan antarpedagang.

“Dengan zonasi pedagang mendapatkan kenyamanan, misalkan pedagang pakaian tidak mungkin dicampur pedagang sayur, nanti jadi kotor. Selain itu akan memudahkan pembeli ketika mencari dagangan yang dibutuhkan,” jelasnya.

Sistem pedagang yang akan menempati stan atau los di zonasinya, menurut Heru, dilaksanakan secara kopyokan atau diundi. Sistem tersebut dirasa paling nyaman, tidak ada kecurigaan antarpedagang terkait pilihan tempat jualan.

“Melalui kopyokan masing-masing pedagang merasa mendapat keadilan. Tidak ada lagi berebut ingin mendapatkan tempat yang dinilai stragis, semua kita perlakukan sama, mendapatkan nomor los sesuai hasil kopyokan,” tambahnya. (abi/tm)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here