UNGARANNEWS.COM. AMBARAWA- Almarhumah Sulastri (66) warga Wawar Lor RW 04 Desa Bedono, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang meninggal di RSU Bina Kasih Ambarawa, namun pemulasara jenazah dilakukan di RSUD Ambarawa.
Hasil pemeriksaan jenazah almarhumah oleh petugas medis RSU Bina Kasih ada dugaan mengarah terjangkit virus corona atau Covid-19, kemudian jenazah almarhum dikirim ke RSUD Ambarawa untuk pemulasaran sesuai standar pasien Covid-19.
Direktur RSUD Ambarawa dr Choriul Anam mengatakan, almarhumah sejak penanganan awal hingga meninggal dilakukan di RSU Bina Kasih. RSUD hanya melaksanakan pemulasaran jenazah sesuai permintaan RSU Bina Kasih.
“Almarhumah bukan pasien kami, kami hanya kebagian memulasara saja. Kalau pasien kami pastilah sejak dari depan (awal masuk, red) sudah dicatat identitasnya oleh petugas kami. Sedangkan, almarhumah ibu Sulastri identitasnya baru dicatat petugas kami setelah jenazahnya dikirim ke RSUD,” ujarnya kepada UNGARANNEWS.COM.
Dijelaskan, hasil pemeriksaan dari petugas medis RSU Bina Kasih apapun kecurigaan terkait kasus Covid-19 protokol kesehatan tetap dijalankan. Pemulasaran jenazah almarhumah dilakukan sesuai standar protkes.
“Intinya kami diminta untuk pemulasaran jenazah almarhumah, apakah karena RSU Bina Kasih itu belum pernah memulasara kasus ini (Covid-19, red) kami ndak tahu. Apapun kecurigaan terkait Covid-19 protkes tetap kami jalankan,” tandasnya.
Sebelum pemulasara jenazah terlebih dulu dilakukan swab test untuk mengetahui adanya virus corona atau tidak. Dijelaskan dr Choirul, sebelum dua jam jenazah meninggal bisa diambil uji swab test.
“Sebelum dua jam meninggal organ-organ jenazah masih utuh. Begitu meninggal petugas kami langsung ke RSU Bina Kasih untuk mengambil swab, jenazah masih bisa diswab karena meninggalnya belum lama,” jelasnya.
Hasil swab sudah bisa diketahui namun RSUD Ambarawa tidak bisa memberikan informasi, hanya keluarga almarhumah yang diberikan hasil swab.
Diberitakan sebelumnya, almarhumah Sulastri dinyatakan pihak RSU Bina Kasih ada dugaan mengarah ke Covid-19 sehingga harus dilakukan pemulasara dan pemakaman secara protkes. Pihak keluarga sempat memprotes dan beradu argumentasi dengan petugas medis RSU Bina Kasih. Dirasa hasil pemeriksaan medis berlebih-lebihan.
“Saya mempertanyakan hasil pemeriksaan dokter RSU Bina Kasih. Kenapa ibu saya diduga sakit Covid-19. Saya bawa ke sana karena sakit gula dan jantung. Kondisinya saat itu sudah lemah, kaki dan tubuhnya sudah dingin. Tidak ada tanda-tanda sakit Covid-19,” ujar salah satu anak alamrhumah, Zaenal (37) kepada UNGARANNEWS.COM, Kamis (23/7/2020).
Disebutkan Zaenal, almarhumah di RSU Bina Kasih meninggal pada hari Minggu (19/7//2020) sekitar pukul 13.00. Almarhumah masuk rumah sakit sekitar pukul 09.00, hanya mendapatkan perawatan sekitar 4 jam kemudian meninggal.
Zaenal yakin ibunya meninggal karena sakit tua yang dialami. Sudah lama sering sakit-sakitan dengan diagnosa komplikasi gula dan jantung. Kesehariannya tidak pernah menunjukkan gejala seperti orang sakit Covid-19. Saat itu dilarikan ke rumah sakit karena kondisinya ngedrop, mengalami sesak nafas dan lemas.
“Keluarga sudah diberi tahu dari Puskesmas Jambu, hasil swab ibu saya negatif Covid-19. Saya ngeyel kok pemeriksaan dokter RSU Bina Kasih mengarah ke situ (Covid-19, red). Keluarga kecewa tidak bisa memandikan dan merawat jenazah ibu saya,” ungkapnya.
Salah satu petugas RSU Bina Kasih, Ety ketika dikonfirmasi keluhan keluarga almarhumah tersebut, mengatakan tidak bisa memberikan penjelasan kepada wartawan, pihaknya hanya mau memberikan penjelasan kepada keluarga almarhumah.
“Maaf kami tidak bisa memberikan penjelasan, hanya kepada keluarga pasien saja kami akan beri penjelasan,” ujarnya singkat, Jumat (24/7/2020). (abi/tm)