Faul sukses mengembangkan pasar Kopi Mendongan

UNGARANNEWS.COM. BANDUNGAN- Biji kopi berasal dari Dusun Mendongan Desa Banyukuning Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang memiliki rasa khas. Tidak salah jika saat ini keberadaannya telah mewarnai di berbagai kedai, bahkan hingga masuk gerai jaringan internasional, yakni Starbuck Semarang.

Adalah, Kelompok Pemuda Tani “Sumber Makmur” Dusun Mendongan secara rutin memasok roasting bean (biji kopi sangan) ke luar negeri.

“Setiap minggu, melalui perantara, kami memasok sepuluh kilogram biji kopi sangan jenis Robusta super ke sana. Jenisnya juga khas yakni berbiji satu atau yang dikenal dengan kopi lanang,” terang Arfaul Anshor (30), salah satu pengurus Kelompok Pemuda Tani “Sumber Makmur”, Kamis (8/11) siang.

Saat ditemui di Kantor Desa Banyukuning, pemuda lajang bercerita pasokan ke salah satu kedai kopi berjaringan internasional itu baru dimulai sekitar tiga minggu lalu. Ketika itu dia diminta oleh seorang koleganya untuk membawa contoh kopi unggulan di dusunnya. Tester kopi unggulan itu lalu dikirim ke pengelola kedai dan dinyatakan bermutu tinggi dan layak dijual di sana.

“Kata teman saya itu, kedai kopi Starbuck yang meminta dan dianggap enak. Akhirnya kami diminta memasok secara rutin,” ceritanya yang juga menjabat Kepala Dusun Mendongan.

Untuk mendapatkan jenis kopi lanang ini ternyata tidak mudah. Karena dari sekitar sepuluh kilogram biji kopi petik merah unggul, hanya akan didapat 2-3 kilogram kopi lanang. Itupun membutuhkan ketelitian dan kejelian. Faul dan 25 kawannya anggota kelompok harus bekerja ekstra hati-hati memilih jenis kopi ini. Namun dia yakin kopi lanang jenis robusta adalah khas Dusun Mendongan. Sehingga produksinya juga akan tetap terjaga.

Sejarah tanaman kopi di Dusun Mendongan yang berketinggian 1.050 meter dpl sebenarnya sudah sangat lama. Menurut Faul, sapaan akrabnya, sudah sejak jaman nenek moyang warga Dusun Mendongan mengusahakan tanaman kopi. Selama ini hasil panen kopi hanya dijual di pasar lokal di Pasar Sumowono.

Harganyapun relatif murah sehingga para petani tidak mendapat keuntungan yang baik bahkan merugi. Lulusan Jurusan PGSD Universitas Terbuka ini mengetahui banyak tengkulak dari luar daerah terutama Temanggung yang membeli biji kopi Mendongan. Lalu dijual lagi ke luar daerah. Kondisi ini sebenarnya sudah diamati Faul dan diyakini mutu kopi Mendongan bisa bersaing di pasar regional.

Pengalamannya mengikuti pelatihan penyajian kopi oleh Dinas Pertanian Kabupaten Semarang Maret 2018 di Solo menumbuhkan semangat mengangkat derajad kopi Mendongan. Keyakinan Faul semakin bertambah usai mengikuti Festival Pertanian di Pusat Pertanian Soropadan Temanggung. Ketika itu seduhan minuman kopi buatannya dipuji enak oleh banyak orang. Tak hanya itu, bencana jembatan runtuh di dusunnya ternyata juga membawa berkah.

Petugas survei kerusakan dari salah satu SKPD yang datang juga menikmati cita rasa kopi Mendongan. Bahkan seketika itu lansung pesan satu kilogram bubuk kopi siap seduh. “Pengakuan dari banyak orang itu meyakinkan Saya bahwa Kopi Mendongan yang tumbuh di dataran tinggi memiliki cita rasa dan aroma yang kuat,” katanya.

Otak Faul terus berputar untuk menemukan cara memperkenalkan kopi Mendongan. Lalu dipilihlah kemasan aluminium foil untuk mengemas bubuk kopi Mendongan. Sejak dua bulan lalu, dia memulai usaha pengemasan bubuk kopi. Ada tiga jenis kemasan kopi yang dihasilkan dalam ukuran berat seratus gram.

Bubuk kopi lanang dalam kemasan dijual seharga Rp 25 ribu, kopi robusta super seharga Rp 20 ribu dan bubuk kopi campur Rp 15 ribu. Omzet penjualan di Pasar Ngasem Bandungan kata Faul juga lumayan bagus. Sehari bisa lima puluh kemasan kopi terjual.

Belum lagi kemasan sekali seduh seberat 5-6,5 gram seharga Rp 5 ribu juga laris manis. Selain itu, Faul dan kawan-kawan juga menjual kopi Mendongan lewat online di salah satu online store terkenal. “Kami bertekad membuat kopi Dusun Mendongan dikenal dan dinikmati banyak orang,” tegas Faul. (HMS/tm)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here