UNGARANNEWS.COM. JAKARTA- Calon Wakil Presiden Nomor Urut 02 Sandiaga Uno mengatakan neraca dagang Indonesia di tahun 2018 mengalami defisit US$ 8 miliar. Lantas, seperti apa datanya?
Berdasarkan catatan detikFinance, Badan Pusat Statistik (BPS) merealisasi ekspor Indonesia sepanjang 2018 mencapai US$ 180,06 miliar. Sedangkan, impor tercatat sebesar US$ 188,63 miliar.
Artinya, neraca perdagangan Indonesia sepanjang 2018 defisit sebesar US$ 8,63 miliar. Selain itu, defisit neraca perdagangan tersebut menjadi yang paling besar setelah tahun 1975 yang mencapai US$ 8,57 miliar.
Sebelumnya, dalam Debat Kelima di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu (13/4/2019) Sandiaga memberikan pertanyaan kepada Jokowi soal neraca perdagangan Indonesia yang defisit sehingga mengecewakan.
“Satu berita bahwa neraca dagang Republik Indonesia masih tekor berapa, menyatakan bodoh banget kita dan tentunya ini menjadi suatu hal yang membuat kami tersenyum bahwa sekarang kita defisit neraca perdagangan minus US$ 8 miliar dengan RRC kita minus US$ 18 miliar,” jelas dia
Menanggapi pertanyaan Sandiaga Uno tersebut Jokowi lantas menjawab bahwa saat ini telah ada perbaikan dalam neraca dagang Indonesia.
“Saya kira data terbaru yang saya sampaikan, tahun 2018 memang neraca kita defisit US$ 8 miliar. Tapi kuartal tahun ini defisit kita turun US$ 0,67 miliar. Artinya usaha kita bukan main-main,” kata Jokowi.
Jokowi bilang saat ini pihaknya mendorong untuk memproduksi barang-barang substitusi impor di dalam negeri. Tujuannya agar impor bisa ditekan sehingga neraca dagang bisa membaik.
“Di bidang migas, kita mulai bangun refinery (kilang). Ke depan saya yakin defisit bisa dihilangkan,” ujarnya.
“Oleh karena itu, industrialisasi dan hilirisasi kita akan paksa dengan kebijakan. Kita juga akan batasi ekspor produk-produk sumber daya alam agar tidak terjadi transfer pricing. Tapi ini kan perlu waktu,” ungkapnya. (dtc/tm)