
UNGARANNEWS.COM. SUKOHARJO – Kasatreskrim Polres Wonogiri, AKP Aditia Mulya yang menjadi korban pengeroyokan masih belum sadarkan diri. Karena mengalami luka serius, keluarga berencana memindahkannya berobat ke Singapura.
Rencana itu disampaikan oleh sang istri, Dewi saat ditemui wartawan di depan ICU RS dr Oen Solo Baru, Sukoharjo. RS di Singapura menurutnya bisa menjadi alternatif pengobatan terbaik bagi suaminya.
“Pemindahan ke RS Singapura masih dikaji tim dokter di sini. Mohon doanya yang terbaik,” kata Dewi.
Dokter di RS dr Oen telah melakukan operasi untuk menghentikan pendarahan di dalam otak Aditia pada Kamis (9/5) kemarin. Kondisi Aditia masih kritis dan belum menunjukkan tanda-tanda positif.
“Masih sama seperti kemarin. Belum sadarkan diri,” katanya.
Dewi, istri Kasat Reskrim Polres Wonogiri AKP Aditia Mulya Ramdani, mengatakan pihak keluarga berencana membawa suami berobat ke rumah sakit di Singapura.
Rencana itu masih menunggu keputusan tim dokter RS dr Oen Solobaru, Kabupaten Sukoharjo.
“Kami mohon doanya, semoga segera pulih,” ujarnya.
Tiga hari berada di ruang ICU, keadaan AKP Aditia Mulya masih kritis. Mantan Kapolsek Pasar Kliwon Polresta Solo itu belum siuman.
Perwira kepolisian bergaris tiga ini pun terus dirawat secara intensif. Dewi membeberkan pendarahan dalam kepala suaminya belum berhenti.
“Kemarin sore sudah dioperasi. Kata dokter hanya untuk mengatasi pendarahan otak,” jelas dia.
Kapolres Wonogiri AKBP Uri Nartanti membenarkan AKP Aditya akan dirawat di Singapura Biaya pengobatan sepenuhnya ditanggung Polri karena yang bersangkutan cedera saat bertugas.
“Mengenai kapan dibawa dan dirawat di Singapura, ini masih menunggu jawaban dari sana. Berkas-berkas yang diminta sudah kami kirim,” tutur AKBP Uri.
Uri mengatakan fokusnya saat ini hanya menunggu kesembuhan personelnya.
“Pokoknya Adit harus sembuh dulu. Setelah itu kami akan buru pelaku bareng-bareng,” imbuhnya.
Mantan Kapolres Pati itu berujar Adit merupakan sosok polisi yang santun kepada atasan dan anggota.
“Dia seorang yang berdedikasi dalam pekerjaan.
Dia yang selalu menurunkan tensi ketika saya ngamuk-ngamuk, suka guyonan,” papar Uri.
Saat kejadian, Kasat Reskrim terpisah dengan rombongan personel yang berpatroli menangani bentrok PSHT dan Winongo pada Rabu (8/5/2019) malam.
Dia yang mengenakan pakaian sipil berada sekitar 200 meter dari lokasi rombongan Polres Wonogiri.
Tepatnya di kawasan SPBU Sudimoro. Tak diduga, tiba-tiba AKP Aditia dikeroyok sejumlah orang.
“Dia kritis. Gegar otak dan ada pendarahan di kepala,” kata Uri.
Pada Kamis (9/5/2019) sore, Uri bersumpah akan memburu pelaku penganiayaan anggotanya.
Polisi sudah mengidentifikasi kelompok yang melakukan pengeroyokan tersebut.
“Tadi malam, saya melakukan pengamanan secara persuasif. Saya nguwongke (menghargai) anggota dari PSH Terate. Tetapi apa yang terjadi? Anggota saya dianiaya, sampai saat ini kritis!” seru AKBP Uri dengan suara meninggi di Mapolresta Solo.
Dia menegaskan akan melakukan penegakan hukum sesuai undang-undang yang berlaku.
“Kami akan bergerak terus dan kami akan terus kejar sampai dapat. Lebih baik menyerahkan diri,” ujarnya. (dtc/trb/tm)