
UNGARANNEWS.COM. UNGARAN TIMUR- Fenomena awan topi menutupi puncak gunung Merbabu tadi pagi ternyata juga terjadi di atas gunung Lawu, Magetan, Jawa Timur. Kejadian juga pada waktu yang sama yakni mulai sekitar pukul 05.30. Visualisasi
Di balik keindahan awan topi, ternyata ada potensi bahaya yang mengancam warga yang berada di puncak gunung atau sekitar awan unik tersebut, dan juga berbahaya bagi penerbangan.
Kepala Sub Bidang Prediksi Cuaca BMKG Agie Wandala Putra mengatakan, awan topi ini disebut sebagai awan altocumulus lentikular. Awan ini merupakan awan yang umumnya tegak lurus terhadap arah angin, dan seringkali menyerupai bentuk lensa.
Awan unik terjadi di atas gunung ini terbentuk saat udara bergerak melewati pegunungan, sehingga mendapat pendinginan yang cukup untuk terjadi kondensasi. Awan lentikular memiliki karakteristik yang spesial karena posisinya relatif tetap dan tidak bergerak layaknya awan jenis lain.
Awan jenis ini juga dapat berada pada lokasi yang sama dalam periode lama. Faktor pendukungnya yaitu udara yang naik di atas pegunungan secara berkelanjutan.
“Selanjutnya terkondensasi dan menghasilkan awan,” ujarnya seperti dilansir dari tempo.co.
Dijelaskan lebih lanjut, awan ini juga dapat terbentuk di atas dataran yang luas karena perbedaan kecepatan angin pada berbagai lapisan akibat adanya front atau pertemuan massa udara basah dan massa udara dingin.
Fenomena alamiah itu lazim terjadi karena ada perbedaan suhu dan tekanan serta faktor topografi, tapi kemunculannya tergolong jarang. Momen itu menurutnya patut diabadikan karena bagian dari keindahan alam.
“Terkadang lapisan payungnya bisa lebih dari satu atau bersusun,” jelasnya.
Kejadian awan topi pun bisa berulang di suatu lokasi namun periodesasinya tidak pasti. Awan itu biasanya disertai udara dingin di sisi lereng gunung tapi tidak membahayakan.
“Kalau terhadap penerbangan agak sedikit bisa menghasilkan turbulensi karena ada faktor gelombang gunung,” katanya.
Peneliti meteorologi di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Erma Yulihastin mengatakan, gelombang gunung merupakan suatu sistem aliran gelombang yang tampak di atmosfer dan terbentuk di atas angin yang arahnya menabrak suatu hambatan atau penghalang berupa gunung.
“Hal ini terjadi karena ada angin yang bertiup sangat kuat itu memiliki arah tegak lurus terhadap penghalang atau gunung.”
Selain awan topi, sistem gelombang gunung menghasilkan jenis awan lain, yaitu lenticular dan awan rotor. Gelombang gunung, kata Erma, sangat berbahaya karena dapat berpotensi menyebabkan turbulensi pada cuaca cerah atau disebut Clear Air Turbuence (CAT) yang dapat berakibat fatal bagi pesawat yang melintas.
“Kasusnya pernah terjadi pada pesawat terbang Boeing 707 di dekat Gunung Fuji, Jepang, pada 1966,” tandasnya. (tmp/tm)