Wiherun berjualan bakso goreng di salah satu SD di Brebes. Wajah anak tak sekolah ini sendu mengingat dia tidak mampu sekolah. FOTO:RATEG/UNGARANNEWS

UNGARANNEWS.COM. BREBES- Anak tidak sekolah (ATS) di Kabupaten Brebes jumlahnya ternyata cukup besar. Masih ada belasan ribu anak tak sekolah yang kebanyakan dipekerjakan orangtuanya karena keterbatasan ekonomi.

Dari 17.429 anak baru ada baru 4.074 anak yang kembali ke ke sekolah. Selebihnya bekerja meski usianya masuk wajib sekolah. Salah satunya adalah Wiherun. Anak berusia 15 tahun itu hanya lulusan sekolah dasar (SD).

Ia tidak melanjutkan sekolahnya ke jenjang SMP karena persoalan ekonomi keluarganya. Selepas meninggalnya sang bapak, Wiherun warga, Desa Baros, Kecamatan Ketanggungan, Kabupaten Brebes ini tak melanjutkan pendidikannya.

Dia hanya bisa menamatkan SD dan harus membantu orangtuanya mencari nafkah dengan berjualan bakso goreng setiap harinya. Erun, panggilannya, mulai berjualan bakso goreng saat usianya masih 13 tahun dan kini usianya sudah menginjak 15 tahun.

Dia adalah anak pertama pasangan Kayo dan Rasnati. Setelah lulus SD pada tahun 2017 lalu, dia tak melanjutkan pendidikan di SMP. Alasannya, orang tuanya tidak mampu membiayai kebutuhan sekolahnya.

Saat bapaknya masih hidup, meski Erun tak sekolah, tapi dia juga tak mau di rumah. Dia lalu ikut bapaknya, jualan bakso goreng. Semula hanya membantu bapaknya, tapi saat ini dia berjualan mandiri karena sang bapak sudah tiada. Dia kadang mangkal di depan sekolah, selebihnya berjualan keliling dari kampung ke kampung. Erun bisa mendapatkan hasil penghasilan antara Rp 30 ribu hingga Rp 40 ribu per hari.

Uang hasil berjualan diberikan kepada orang tuanya, untuk biaya hidupnya dan dua adiknya yang masih kecil.

”Kalaupun saya tidak bisa sekolah, tapi adik adik saya harus sekolah. Jangan seperti saya,” ungkap Erun belum lama ini.

Pemerintah Kabupaten Brebes sebelumnya sudah mengetahui dan sedang berupaya untuk membujuk agar Wiherun melanjutkan pendidikannya. Melalui program Gerakan Kembali Bersekolah (GKB), Wiherun akan melanjutkan pendidikannya di sekolah nonformal atau Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).

Ketua Forum Masyarakat Peduli Pendidikan (FMPP) Kabupaten Brebes Bahrul Ulum dan pengurus lainnya mendapat laporan dari putri Bupati Brebes Idza Priyanti, Elsanthi dan Elshinta yang pernah ke rumah Wiherun di Desa Baros.

Ulum mengatakan, keduanya ingin memastikan bagaimana nasib pendidikan Wiherun. Saat berkunjung ke rumahnya, bapak dari Wiherun masih hidup. ”Tapi setelah kami dapat informasi yang sekarang dari Dindikpora, bapaknya Wiherun sudah meninggal dunia. Sehingga kami berkunjung ke rumahnya untuk memastikan bagaimana kondisi keluarganya saat ini. Dan sekarang Wiherun sudah menjadi anak yatim yang harus berjuang membantu ibunya,” kata Ulum, Sabtu (20/7).

Bocah kelahiran 8 Mei 2004 ini sebelumnya sekolah di SD Negeri 03 Baros dan lulus tahun 2017. Saat ini Wiherun masih berjualan bakso goreng di Brebes dan meninggalkan kedua adik dan ibunya yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Wiherun saat ini ikut bersama bosnya, Tatang yang juga warga Baros. Mereka tinggal di kontrakan di Kelurahan Gandasuli, Brebes.

”Kami terus menggali informasi tentang Wiherun agar dia bersedia melanjutkan pendidikannya. Tapi, ibunya, Rasnati saat diminta nomor handpone Wiherun, katanya hilang dicuri orang. Ibunya tidak bisa menunjukkan nomor handphone Tatang (bosnya Wiherun), tapi ibunya bilang Wiherun ada di Kelurahan Gandasuli,” jelas Ulum.

Diketahui pada awal Juli lalu, dari jumlah 17.429 ATS di Kabupaten Brebes, baru tercatat 4.074 ATS atau 23,37 persen yang berhasil dikembalikan ke sekolah melalaui program Gerakan Kembali Bersekolah (GKB). Itu artinya, masih ada sebanyak 13.355 anak yang belum tertangani. (rateg/tm)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here