Emak-emak dari komunitas perajin batik di Mojokerto yang mengenalkan bahan batik Majapahitan menggunakan pewarna cokelat (kakao). FOTO:DETIK

UNGARANNEWS.COM. MOJOKERTO- Salah satu khas di Jawa Timur yang menjadi icon Kabupaten Mojokerto yakni Batik Majapahit mulai mengembangkan inovasi dengan memanfaatkan buah dan pohon setempat menjadi bahan pewarna alami kain batik.

Diantaranya memanfaatkan perwarna dari buah cokelat dan pohon mahoni. Penggunaan pewarna ramah lingkungan ini diharapkan dapat mengingatkan masyarakat untuk kembali menggunakan bahan-bahan alami yang mudah ditemukan di sekitar lingkungan rumah. Seperti apa proses pembuatannya?

Adalah emak-emak dari komunitas perajin batik di Mojokerto yang mengenalkan bahan batik Majapahitan menggunakan pewarna cokelat atau kakao. Salah seorang penggagasnya adalah Ayu Christina (36), warga Gedeg, Mojokerto.

“Ide awalnya dari Dinas Koperasi Kabupaten Mojokerto yang ingin memanfaatkan limbah kakao. Saya coba ekstraksi kulit ari biji cokelat untuk pewarna alami,” kata Ayu kepada wartawan usai membuat batik dengan pewarna cokelat di Wisata Desa, Desa Randugenengan, Kecamatan Dlanggu, Rabu (31/7/2019).

Ayu mengembangkan batik Majapahit dengan pewarna cokelat bersama emak-emak yang tergabung dalam komunitas perajin batik. Bahan kulit ari cokelat diperoleh dari Wisata Desa yang mengelola perkebunan kakao dan produksi aneka kue cokelat dengan merk Mojopahit.

Dia menjelaskan, agar bisa digunakan sebagai pewarna alami batik, kulit air kakao lebih dulu direndam semalam. Tujuannya untuk mengurangi kandungan getah. Selanjutnya kulit ari kakao direbus untuk diekstraksi warnanya.

Menurut Ayu, hasil ekstraksi kulit ari kakao harus dicampuri dengan pewarna alami lainnya agar warna cokelat yang dihasilkan semakin luat. Salah satunya menggunakan kulit buah Jalawe. Sementara serbuk kayu tegeran, tingi, atau mahoni digunakan untuk mengawetkan warna agar tak mudah luntur.

“Awetnya tergantung perawatan dan intensitas pemakaian. Tidak boleh dijemur di bawah matahari langsung, cuci pakai tangan dengan sampo, setrika tak boleh terlalu panas. Estimasi tahan sampai 3 tahun,” terang Ayu.

Motif batik Majapahitan dengan pewarna cokelat buatan Ayu dan kawan-kawan ternyata beragam. Di antaranya motif gapura, surya Majapahit, buah maja, Putri Campa, merico bolong, dan motif sisik.

Meski menggunakan pewarna alami, batik buatan emak-emak ini tergolong ramah di kantong. Batik tulis dibandrol Rp 150 ribu per meter, sedangkan batik dengan teknik jumput hanya Rp 75-100 ribu per meter.

“Paling mahal batik tulis Rp 1,5 juta, misalnya motif merica bolong dan sisik. Karena memang proses menggambarnya sangat rumit,” ujarnya.

Ayu berharap, batik Majapahit dengan pewarna cokelat bisa dikenal luas di Indonesia. “Ke depan targetnya bisa kami produksi massal, laku di dalam negeri maupun luar negeri,” tegasnya. (dtc/tm)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here