Gerbang masuk wisata Museum Sangiran Sragen. FOTO:IST/KELUARGAPALEM/UNGARANNEWS

SRAGEN. UNGARANNEWS.COM– Asa para tenaga honorer di Museum Sangiran Kabupaten Sragen yang sudah puluhan tahun mengabdi terancam pupus menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) untuk meningkatkan kesejahteraan.

Pasalnya, tenaga honorer Museum Sangiran, di bawah Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran dalam pengelolaan manajemen pegawai akan menggunakan sistem outsourcing.

Kepala BPSMP Sangiran, Iskandar Mulia Siregar menyampaikan terkait kebijakan penerimaan PPPK menjadi wewenang pusat. Bahkan saat ini tengah ada penerimaan PPPK di sejumlah Pemda. Namun tidak ditujukan di Kabupaten Sragen.

”Ada beberapa seperti di Banjarnegara, Solo dan beberapa tempat tapi tidak disini. Karena yang menentukan dari Jakarta,” jelasnya.

”Jadi di pusat ada analisis jabatan, dipantau apa di Sangiran butuh tenaga atau tidak, kalau saat ini belum butuh PNS, yang jelas pertimbangan di pusat,” tambahnya.

Disebutkan, di Museum Sangiran untuk honorer ada sekiar 200 orang. Sebagian besar bertugas di keamanan, kebersihan dan supir. Namun di tiga posisi itu terancam dihentikan. Karena sesuai aturan, di tiga posisi tersebut akan diisi oleh pegawai outsourcing.

Ketentuan itu akan diberlakukan mulai April mendatang. Pengadaan jasa sangat mungkin menggunakan spesifikasi yang dibutuhkan, seperti satpam yang punya sertifikat.

“Kita berharap mereka yang sudah bekerja dengan baik bisa dirangkul oleh perusahaan jasa atau pihak ketiga.,” tuturnya.

Salah satu anggota keluarga pegawai honorer Museum Sangiran, Warsono menyampaikan reputasi Museum ini sudah di tataran level Internasional. Namun sayangnya untuk kesejahteraan pegawai, terutama yang berasal dari wilayah sekitar masih sebatas pegawai honorer.

”Kenapa PPPK saja kok terlambat. Padahal kalau dipandang Museum ini kelas dunia. Tapi pegawai hanya honorer saja, terutama warga sekitar Sangiran,” ujarnya kepada wartawan, Rabu (11/1/2023).

Dia berharap ada perubahan status dari honorer ke PPPK lantaran anaknya sudah lama bekerja di Museum Sangiran. Dia menyampaikan ada yang sudah bekerja belasan hingga puluhan tahun.

”Kalau anak saya sekitar 12 tahun, masih jadi honorer,” kata dia.

Karena berstatus honorer, pendapatan per bulan berkisar Rp 1,8 juta – Rp 2 juta. Sedangkan jumlah tenaga honorer mencapai ratusan. Lantas dari sekitar Sangiran ada sekitar 40 persen. (ris/tm)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here