SEMARANG. UNGARANNEWS.COM- Ketua DPRD Jawa Tengah Bambang Kusriyanto meminta masyarakat waspada bencana di tengah cuaca yang ekstrem. Curah hujan yang tinggi akhir-akhir ini membuat sejumlah wilayah di Jawa Tengah dilanda bencana. Banjir menjadi bencana yang paling sering terjadi. Diantaranya terjadi di Semarang dan Pekalongan.
Pria asli Kelurahan Susukan, Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, akrab dipanggil Bambang Krebo ini mengatakan, kewaspadaan perlu ditingkatkan terutama di wilayah langganan banjir dan daerah perbukitan yang rawan longsor.
“Kewaspadaan diperlukan untuk meminimalisir timbulnya korban akibat bencana. Selain itu, pemerintah juga perlu menyiapkan lokasi pengungsian,” ujarnya kepada UNGARANNEWS.COM, Senin (27/2/2023).
Politisi PDI Perjuangan ini menambahkan, di awal tahun 2023 ini sejumlah bencana terjadi di Jawa Tengah. Di Kabupaten Semarang misalnya, banjir terjadi akibat meluapnya Sungai Garong dan Sungai Karangwetan, Sumowono. Sementara tanah longsor terjadi di Ambarawa, Sumowono, Bandungan, hingga Nyatnyono.
Di Kota Semarang, banjir akibat jebolnya tanggul melanda Perum Dinar Indah Meteseh, Tembalang. Perumahan tersebut bahkan sudah jadi langganan banjir di awal tahun ini.
Sementara di Kota Pekalongan, hujan dengan intensitas cukup tinggi mengakibatkan banjir di tiga wilayah Kecamatan. Yaitu Kecamatan Pekalongan Utara, Pekalongan Barat, dan Pekalongan Timur. Akibatnya, ratusan warga terpaksa mengungsi. Selain banjir, warga pesisir Pekalongan juga dibayangi rob akibat pasangnya air laut.
Menyikapi banyaknya bencana, Bambang meminta pihak terkait melakukan deteksi dini saat hujan deras turun. Sebab, kondisi cuaca ekstrem diperkirakan masih akan terjadi beberapa hari ke depan.
Dia juga mendorong Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) melakukan pemetaan secara riil dan mitigasi pada titik-titik yang dinilai rawan bencana.
“Pemetaan bencana juga perlu diupdate berdasarkan laporan kejadian dan analisa terbaru. Kondisi alam beberapa tahun lalu dengan sekarang tentu berbeda. Contohnya di kawasan yang semula tidak pernah ada kejadian bencana, dan tidak pernah diperkirakan ternyata terjadi bencana banjir. Seperti banjir di Sumowono, rasanya aneh dataran tinggi tapi bisa banjir,” katanya.
Dia juga menganggap program mitigasi bencana selama ini belum optimal. Kebencanaan masih menjadi prioritas kesekian dibandingkan program lainnya, sehingga perlu ada kebijakan yang diubah.
Pihak terkait juga perlu meningkatkan sistem peringatan dini atau early warning system (EWS) sebagai langkah antisipasi. Bambang mengungkapkan, wilayah Kabupaten Semarang yang terdiri dari banyak perbukitan yang rawan longsor membutuhkan sistem peringatan dini yang cukup.
“Daerah perbukitan yang rawan longsor diperlukan kesiapsiagaan yang ekstra. Idealnya jumlah EWS memang ditambah,” paparnya.
Di sisi lain, masyarakat juga diminta peduli dengan kelestarian lingkungan di sekitarnya. Sebab, kepedulian terhadap lingkungan tersebut dapat menghindarkan masyarakat dari bencana alam.
“Dampak dari kerusakan lingkungan ini sangat besar, sehingga masyarakat harus meningkatkan kepeduliannya terhadap agar bisa terhindar dari bencana,” paparnya.
Dia mengungkapkan, banjir yang terjadi di sejumlah kawasan juga disebabkan sistem drainase yang kurang baik. Banyak saluran tersumbat dan sempit sehingga tidak mampu menampung luapan air. Akibatnya air meluap ke jalan dan banjir. (abi/tm)