UNGARANNEWS.COM. TEGAL- Keluarga korban keracunan timus ubi goreng yang menyebabkan dua orang tewas menyatakan tidak menuntut secara hukum. Mereka menyadari jika peristiwa itu hanya sebuah musibah.
“Ini kan musibah, saya tidak akan menuntut apa-apa. Sudah diikhlaskan, dia juga masih saudara dengan keluarga saya,” kata Warni, orangtua dari Eggi Supendi, 22, saat ditemui di rumahnya, Desa Setu, Kecamatan Tarub, Kabupaten Tegal kemarin.
Eggi Supendi merupakan satu dari 11 orang yang keracunan timus ubi goreng. Eggi meninggal dunia setelah sebelumnya mendapat perawatan intensif di RSI PKU Muhammadiyah Singkil, Adiwerna.
Menurut Warni, anak sulungnya itu sempat menjalani perawatan selama 10 jam. Kini, Eggi Supendi sudah dimakamkan di tempat pemakaman umum desa setempat. Warni mengaku sudah merelakan dan tidak menuntut pertanggunjawaban kepada pembuat timus. Selain menyadari karena musibah, Umi Nuroh sang pembuat timus juga merupakan kerabatnya.
“Kami masih satu keluarga dengan pembuat ubi goreng itu,” ucapnya.
Diberitakan, sebanyak 11 warga Desa Purbasana, Kecamatan Tarub, Kabupaten Tegal keracunan massal usai menyantap timus ubi goreng. Dua di antaranya tewas, sedangkan sembilan lainnya dirawat di rumah sakit.
Keracunan massal itu terjadi Rabu (25/12/2019) siang. Belasan warga tersebut mengalami mual, kepala pusing dan muntah seusai memakan timus ubi goreng.
“Ada 11 warga yang keracunan setelah makan timus ubi. Dua orang meninggal setelah dirawat di rumah sakit,” kata Sekretaris Desa Purbasana, Hariri kepada awak media.
Humas RSI PKU Muhammadiyah Singkil Adiwerna Iyus Fairus Isfandiari mengaku telah menerima lima pasien keracunan dalam kondisi lemas dan dehidrasi. Dua dari lima pasien itu meninggal dunia pada Kamis dinihari, karena kondisinya yang terus melemah.
Korban meninggal dunia yakni Suwarno (32), warga Desa Purbasana, Kecamatan Tarub dan Eggi Supendi (22), warga Desa Setu, Kecamatan Tarub. Dari data yang dihimpun, korban Suwarno meninggal terlebih dahulu pada Kamis (26/12) dini hari dan Eggi meninggal pada Kamis (26/12) sekitar pukul 10.00.
Sementara itu, Umi Nuroh (55), pembuat timus ubi goreng yang juga menjadi korban keracunan, menceritakan kejadian untuk menyimpulkan penyebab keracunan. Pemilik rumah produksi knalpot yang berada di RT 03 RW I Desa Purbasana, Kecamatan Tarub itu, menyebutkan dugaan keracunan berasal dari tepung aci yang dibuatnya membuat timus.
Umi Nuroh menuturkan kronologi kejadian keracunan tersebut. Awalnya, dia membuat timus ubi goreng untuk cemilan para buruh pabrik knalpot yang dikelola suaminya. Dia mengupas beberapa ubi yang didapat dari kebunnya sendiri beberapa minggu lalu.
Setelah dikupas dan dicuci bersih, ubi kemudian direbus hingga matang. Untuk memastikan matang, Umi sempat mencicipi ubi tersebut bersama suaminya. Karena akan membuat timus, Umi kemudian mencapurkan ubi tersebut dengan tepung terigu.
“Sesudah dikukus sampai matang, ubi ditumbuk halus dulu dan diberi gula pasir. Lalu, baru dicampur dengan adonan tepung terigu,” ujarnya kepada wartawan.
Umi menambahkan, campuran ubi dan tepung terigu yang telah menjadi adonan kemudian dibentuk bulat menyerupai bakso. Namun, setelah digoreng, adonan tersebut justru hancur tidak menyatu.
Atas inisiatifnya, Umi kemudian mencampurkan adonan tepung aci agar adonan kembali berbentuk bulat saat digoreng. Setelah berhasil, Umi mengaku sempat mencicipi dan mengaku tidak ada rasa aneh saat melumat beberapa buah timus. Namun, dirinya juga menyangsikan tepung aci yang digunakan sudah berumur alias kedaluwarsa.
“Pakai adonan terigu malah rusak, lalu saya coba pakai aci dan berhasil jadi bulat-bulat. Tetapi saya juga ragu, kalau tepung aci yang dipakai sudah lama dibeli. Kurang lebih ada satu bulanan,” ungkapnya.
Umi melanjutkan, beberapa porsi timus goreng yang berhasil dibuatnya kemudian disajikan kepada para buruh bersamaan dengan minuman teh panas. Namun, selang beberapa jam kemudian, sejumlah buruh mengalami pusing, mual hingga muntah-muntah.
“Saya kasih sekitar jam 10.00, lalu menjelang dzuhur sudah bereaksi. Rasanya tidak enak, keluar keringat dingin, pusing dan mual pengin muntah,” kisahnya.
Terpisah, Kasat Reskrim Polres Tegal, AKP Gunawan Wibisono menyatakan, hingga kini pihaknya masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium di Semarang, guna memastikan penyebab belasan orang keracunan. Diperkirakan, hasil tersebut akan diketahui satu pekan ke depan.
Ihwal proses hukum, Gunawan menegaskan kasus tersebut terus berjalan. Meski pihak keluarga korban meninggal dunia telah mengganggap kejadian tersebut murni karena musibah.
“Prosedur dan tahapan-tahapan tetap kita lewati. Untuk ada kepastian dari segi yuridis dan dari segi kesehatan ada warning bagi masyarakat. Agar apa, agar dalam memasak lebih berhati-hati lagi,” tandasnya. (rateg/tm)