
UNGARANNEWS.COM. BANCAK- Pasar Krasak Desa Boto Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang sejak dibangun 2018 lalu hingga sekarang pengelolaannya tidak jelas. Meski sudah digunakan para pedagang berjualan namun belum ada pihak yang mengelola.
Hal tersebut menjadikan pedagang menempati tanpa kejelasan aturan hingga kondisi pasar terlihat semrawut. Seperti pemandangan di bagian depan bangunan oleh para pedagang dibuat emplek-emplek, hingga terkesan kumuh.
Tentu sangat disayangkan bangunan dibiayai ratusan juta dari APBD Kabupaten Semarang tersebut tidak dikelala dengan baik. Pasar ini memiliki 14 kios dan terdapat los cukup luas.
Kepala Desa Boto Sjaichul Hadi ketika dikonfirmasi mengatakan, pihak desa tidak bisa mengelola pasar Krasak karena pembangunannya dari Pemkab. Pihak desa hanya menyediakan lahannya yang merupakan aset milik desa. Baca Juga: Puluhan Lurah Pasar Kabupaten Semarang “Dijemur”, Ini Penjelasan Kepala Diskumperindag
“Dulu sudah pernah ada MoU antara pemerintah desa dengan Pemkab Semarang diwakili Diskumperindag. Sesuai kesepakatan pengelolaan pasar Krasak 60 persen masuk PAD Kabupaten dan 40 persen masuk desa. Namun setelah itu tidak ada tindaklanjut dari Pemkab Semarang,” ujarnya kepada UNGARANNEWS.COM, Jumat (18/12/2020).
Menurut Sjaichul meski bangunan desa berada di tanah desa, pihaknya tidak bisa mengelola karena kewenangannya ada di Pemkab. Selama waktu berjalan tersebut pasar Krasak berjalan dikelola para pedagang dengan membentuk paguyuban.
“Mereka menentukan iuran sendiri untuk paguyuban, hasil urunan digunakan untuk biaya petugas kebersihan dan membayar listrik. Tidak ada retribusi yang masuk PAD. Tentu disayangkan karena pasar dibangun orentasinya untuk menambah PAD pemerintah bagi kesejahteraan masyarakat luas,” ungkapnya.
Ditambahkan Sjaichul, upaya sudah dilakukan dengan menanyakan kelanjutan MoU pengelolaan dengan Diskumperindag, sejauh ini hanya dijanjikan akan segera ditindaklanjuti. Tanpa ada kejelasan kapan pengelolaan pasar Krasak akan dimulai.
Kepala Bidang Pasar Diskumperindag Kabupaten Semarang Imum mengatakan, pasar Krasak masih dalam evaluasi kontinyunitasnya setelah ditempati pedagang. Dikhawatirkan setelah dilakukan penyerahan pengelolaan nantinya sepi lalu tutup. Baca Juga: Ruang Terbuka Bandungan Dibangun April, Pedagang Pasar Sepakat Dipindah
“Dalam beberapa tahun ini sudah ada 5 pasar yang tutup karena sepi. Tentu kita tidak berharap begitu, biaya pengelolaan pasar cukup tinggi kita juga ukur kemampuannya setelah pengelolaan,” ujarnya kepada UNGARANNEWS.COM di ruang kerjanya, Jumat (18/12/2020).
Dijelaskan Imum, ketika pasar sudah dikelola perlu menyiapkan Kepala Pasar, petugas penarik retribusi, kebersihan hingga penjaga pasar. Pengeluaran untuk menggaji mereka perlu dipertimbangkan secara matang, menyesuaikan kemampuan pendapatan dari pengelolaan pasar.
“Kita tidak ingin pengelola pasar justru merugi. Kita evaluasi kemampuan hasil pengelolaanm nanti kita bicarakan dengan pihak desa. Rencana Januari 2021 nanti pengelolaan pasar Krasak kita definitifkan. Semua pihak terlebih dulu akan kita undang untuk membahas bersama,” tandasnya. (abi/tm)