Bupati Semarang H Ngesti Nugraha menggendong salah satu anak saat menyerahkan bantuan PMT kepada perwakilan penerima di aula Kantor Desa Banyukuning, Bandungan, Jumat (23/12/2022). FOTO: UNGARANNEWS

UNGARANNEWS.COM, BANDUNGAN-– Bupati Semarang H Ngesti Nugraha bersama Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Semarang berinisiatif gerak cepat menangani kasus stunting atau gagal tumbuh di kalangan balita.

Tahun ini ada program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bergizi kepada 3.284 balita untuk mempercepat penurunan angka stunting. Total dana yang digunakan sebesar Rp1,6 miliar berasal dari pergeseran anggaran dalam APBD 2022.

Diketahui, berdasarkan data penimbangan badan serentak balita usia 0-59 bulan setiap Bulan Agustus, terang Dwi, angka prevalensi stunting Kabupaten Semarang tahun ini tercatat 4,61 persen. Angka itu turun dibandingkan tahun sebelumnya yakni 5,49 persen atau sebanyak 520 balita.

“Ini langkah percepatan agar angka stunting terus turun. Sudah ada penurunan yang signifikan pada tahun ini. Kita berupaya keras agar bisa zero stunting,” kata Kepala Dinkes Dwi Saiful Noor Hidayat di sela-sela mendampingi Bupati H Ngesti Nugraha menyerahkan bantuan PMT kepada perwakilan penerima di aula Kantor Desa Banyukuning, Bandungan, Jumat (23/12/2022).

Dalam kegiatan ini Bupati Ngesti Nugraha menyerahkan paket PMT kepada perwakilan ibu yang mempunyai anak balita. Turut mendampingi Ketua TP PKK Hj Peni Ngesti Nugraha, Kepala Barenlitbangda Muslih dan Camat Bandungan M Taufik.
“Terima kasih kepada para kader kesehatan di desa yang telah bekerja keras menangani stunting di wilayah masing-masing. Kerja sama semua pihak diharapkan dapat menekan angka stunting bahkan ke tingkat zero,” ujar Ngesti Nugraha.

Ditegaskan, penanganan stunting membutuhkan kerja sama semua pihak. Pemkab Semarang berkomitmen menurunkan angka stunting dengan dukungan pemerintahan desa dan instansi lainnya.
.
Kepala Desa Banyukuning, Setyo Utomo mengatakan pihaknya telah menganggarkan dana penanganan stunting dalam APBDes. Pada awal kondisi, ada 68 balita yang masuk kategori stunting.

Berkat kerja sama kades kesehatan desa, Pemdes dan unsur masyarakat desa lainnya, saat ini ada lima balita yang “lulus” stunting. Dari 12 Dusun, ada dua berstatus zero Stunting.

“Kami menyediakan anggaran senilai Rp60 juta untuk kegiatan di 13 Posyandu,” ujarnya.

Diketahui, penanganan kasus stunting menjadi perhatian serius Pemkab Semarang. Meski pun angka prevalensi stunting masih di bawah angka nasional yang mencapai 27,7 persen.

Saat ini angka prevalensi stunting di Kabupaten Semarang di bawah 5,8 persen. Sampai awal tahun 2023 mendatang, ditargetkan penurunan terjadi secara signifikan.

Berdasarkan catatan Dinkes Kabupaten Semarang, ada sekitar 3.930 balita yang menderita stunting. Sebagian besar berada di Kecamatan Tengaran. Selain itu antara lain tersebar di Banyubiru, Bergas, Pringapus, Sumowono, Pabelan dan Bawen. (abi/tm)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here