UNGARANNEWS.COM, JAKARTA– Disertasi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menuai polemik yang makin berbuntut. Berikut ini penyebab pendidikan Program Doktoral (S3) Ketua Umum Partai Golkar tersebut bermasalah. Kuliah jalur culas di Universitas Indonesia (UI) pun terungkap?
Awalnya, disertasi Bahlil dipertanyakan dari sisi kewajaran waktu pengerjaan dan substansinya. Ia hanya menjalani program doktornya tersebut selama 1 tahun 8 bulan di Sekolah Kajian Stratejik dan Global kampus terkemuka tersebut.
Menurut Peraturan Rektor UI Nomor 16 Tahun 2016 dalam Pasal 14 tentang Penyelenggaraan Program Doktor di UI, disebutkan bahwa Program Doktor dirancang untuk 6 semester masa studi dan dapat ditempuh sekurang-kurangnya dalam 4 semester dan paling maksimal 10 semester.
Mengacu pada peraturan ini, maka jelas durasi studi Bahlil yang kurang dari 2 tahun tersebut menuai kontroversi dan sorotan dari berbagai pihak. Kok bisa hanya tempuh kulian 1,8 bulan?
Tak hanya itu, muncul isu baru keabsahan penelitian Bahlil. Pasalnya disertasi berjudul “Kebijakan, Kelembagaan, dan Tata Kelola Hilirisasi Nikel yang Berkeadilan dan Berkelanjutan di Indonesia” itu disinyalir hasil plagiarisme. Nah!
Bahlil pun lagi-lagi jadi trending topic di X. Tidak hanya dugaan plagiat sejak awal muncul lebih dulu dugaan Bahlil gunakan joki dalam pembuatan disertasinya. Dugaan plagiarisme itu muncul setelah netizen iseng mengecek plagiasi disertasi Bahlil dengan menggunakan Turnitin.
Turnitin adalah perangkat lunak yang digunakan untuk mendeteksi plagiarisme dalam karya tulis. Pemilik akun X @IbrahimNiar mengungkap, hasil pemeriksaan Turnitin terhadap disertasi Bahlil tersebut. Hasilnya, ternyata hampir sepenuhnya terindikasi plagiarisme.
Akun itu mengunggah hasil pemeriksaan Turnitin, yang menunjukkan bahwa disertasi Bahlil Lahadalia memiliki similirity index 95 persen dengan karya yang ditulis dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
“Mungkin teman-teman yang dari kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bisa bantu ngecek di perpustakaan. Adakah judul penelitian yang mirip-mirip?? Btw ini turnitin udah filter exclude quote + biblio turn on ya,” tulis X @IbrahimNiar.
Sementara itu, ada netizen yang menelusuri dan menemukan karya mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang diduga diplagiat dalam disertasi Bahlil. Karya mahasiswa itu berjudul ‘Pengelolaan Nikel oleh Perusahaan Pertambangan di Indonesia.’
Tak hanya sampai di situ, Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) juga turut bereaksi keras. Mereka merasa keberatan nama organisasinya itu dicatut sebagai informan dalam disertasi itu.
Koordinator Nasional Jatam Melky Nahar menyampaikan bahwa surat keberatan tersebut sudah disampaikan kepada pihak UI pada Kamis (7/11/2024) lalu. Sebab, Jatam tidak pernah memberikan persetujuan kepada Bahlil untuk menjadi informan utama dalam disertasi yang disusunnya dalam rangka menyelesaikan program studi doktor di UI.
“Iya betul, kami kirim kemarin ke UI. Kami tidak pernah memberikan persetujuan, baik secara tertulis maupun lisan, untuk menjadi informan utama bagi disertasi tersebut,” ujar Melky, dilansir dari kompas, Jumat (8/11/2024).
Melky menyampaikan pihaknya hanya memberikan persetujuan wawancara kepada seseorang bernama Ismi Azkya pada 28 Agustus 2024, yang mengaku sedang melakukan penelitian. Saat itu, Ismi Azkya mengaku kepada Jatam sedang melakukan penelitian untuk dirinya sendiri sebagai tim peneliti di Lembaga Demografi UI, bukan orang lain.
“Sebagaimana ia memperkenalkan diri kepada kami. Ia hanya menjelaskan sedang melakukan penelitian terkait dengan profesinya sebagai peneliti di Lembaga Demografi UI,” kata Melky.
“Adapun penelitian yang dimaksud berkaitan dengan dampak hilirisasi nikel bagi masyarakat di wilayah tambang,” ucapnya. Melky menegaskan, ketika Ismi Azkya mengajukan penelitian hingga proses wawancara, Jatam tidak diberikan informasi yang memadai bahwa hal ini adalah bagian proses penyelesaian disertasi Bahlil.
“Kami tidak diberi informasi yang layak dan memadai bahwa wawancara tersebut merupakan salah satu proses penelitian bagi disertasi Bahlil Lahadalia,” kata Melky.
Selain itu, kata Melky, Ismi Azkya juga tidak dapat memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai tujuan penelitiannya, sampai akhirnya terungkap bahwa nama Jatam dijadikan informasi utama dalam disertasi Bahlil.
“Surat penolakan ini kami sampaikan untuk menjadi perhatian. Kami menuntut nama Jatam beserta seluruh informasi yang telah diberikan untuk dihapus dari disertasi tersebut,” tegasnya.
Pihak UI sempat memberi keberatan Jatam atas pencatutan nama organisasinya dalam disertasi Bahlil. UI menyinggung bahwa disertasi itu masih dapat direvisi.
“Perlu kami informasikan bahwa setelah sidang ujian terbuka maka tahap selanjutnya yang dijalani Pak Bahlil adalah revisi naskah disertasi sesuai masukan dalam sidang tersebut,” ujar Kepala Kantor Informasi Publik dan Humas UI, Amelita Lusia, Jumat (8/11/2024) lalu.
“Apabila ada masukan seperti ini, tentu akan menjadi perhatian dan dilakukan perbaikan sebagaimana harusnya,” ucapnya.
Selang 5 hari sejak pernyataan Amelita Lusia, UI akhirnya menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat terkait permasalahan yang melibatkan Bahlil. UI menyatakan menangguhkan kelulusan Bahlil pada Program S3 di Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG).
UI menyebut permasalahan ini sebagian disebabkan oleh kekurangan internal dan saat ini tengah mengambil langkah perbaikan baik dari segi akademik maupun etika.
Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) UI Yahya Cholil Staquf menyebut keputusan penangguhan itu diambil berdasarkan rapat koordinasi empat organ UI.
“Kelulusan BL, mahasiswa Program Doktor (S3) SKSG ditangguhkan, mengikuti Peraturan Rektor Nomor 26 Tahun 2022, selanjutnya akan mengikuti keputusan sidang etik,” ujar Yahya dalam keterangan yang diterima, Rabu (13/11/2024).
“Keputusan ini diambil pada Rapat Koordinasi 4 Organ UI, yang merupakan wujud tanggung jawab dan komitmen UI untuk terus meningkatkan tata kelola akademik yang lebih baik, transparan, dan berlandaskan keadilan,” ujar Ketua Umum PBNU tersebut.
Bahlil Lahadalia menanggapi keputusan UI yang menangguhkan kelulusan gelar doktornya. Bahlil mengklaim belum mendapat surat keputusan penangguhan yang dikeluarkan oleh Majelis Wali Amanat UI tersebut.
“Saya belum tau isinya ya, saya belum tahu isinya,” kata Bahlil di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (13/11/2024).
Namun, Bahlil mengklaim berdasarkan surat rekomendasi yang didapat dari UI dirinya tidak ditangguhkan. Bahlil tak menjelaskan surat rekomendasi itu.
“Tapi yang jelas bahwa kalau rekomendasinya mungkin sudah dapat, saya sudah dapat, di situ yang saya pahami bukan ditangguhkan,” tutur dia.
Lebih lanjut, Bahlil mengaku memang belum dinyatakan lulus dari studi doktor oleh UI. Ia menyebut masih harus mengikuti prosesi yudisium pada Desember yang akan datang.
Ia juga menjelaskan prosesi yudisium itu baru dapat dilakukan setelah perbaikan disertasi sudah diterima. (dbs/abi)