FOTO:IST/UNGARANNEWS

UNGARANNEWS.COM. SEMARANG- Upaya untuk menekan kebocoran akibat kecurangan petugas BRT Trans Semarang,  UPTD Trans Semarang terus memacu keiikutsertaan pengguna BRT untuk memakai sistem pembayaran menggunakan mesin tiketing elektronik.

Sejak diluncurkan pembayaran sistem digital ini jumlah pengguna BRT Trans Semarang terus mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Di tahun 2019 ini, jumlah penumpang BRT trans Semarang mencapai 33.000 orang/ hari. Jumlah tersebut meningkat 12.000 orang dari 2 tahun sebelumnya, yakni 21.000 orang/ hari.

Kepala Badan Layanan Umum UPTD Trans Semarang, Ade Bhakti Ariawan mengatakan hal itu tidak lepas dari sejumlah inovasi yang dilakukan oleh pengelola Trans Semarang.

Penggunaan mesin tiketing elektronik dan kebijakan pembayaran non tunai diklaim mampu dongkrak jumlah penumpang. Baik yang berbasis kartu perbankan seperti, tapcash BNI, Brizzi BRI, Emoney Mandiri. Ataupun berbasis digital (Link Aja, Ovo dan Gopay).

Menurutnya, transaksi non tunai (cashless) lebih memudahkan pengguna jasa dalam pembayaran. Selain menghemat waktu dalam bertransaksi, pengguna jasa juga tidak perlu lagi menggunakan uang cash (manual) saat melakukan pembayaran, dan juga bagi pengguna Go Pay dan LinkAja bisa menikmati promo.

“Selain itu digitalisasi layanan Trans Semarang juga dilakukan dalam bentuk pembuatan aplikasi yang mempermudah warga masyarakat yang akan menggunakan BRT Trans Semarang yg dapat didownload di IOs maupun Android,” ungkapnya.

Ade mentarget di tahun 2019 ini, pendapatan BRT naik 10 % dari total pendapatan non tunai. Dan hingga Juni 2019 target tersebut tercapai 9,03%.

“Target pendapatan BRT trans Semarang di tahun 2019 sebesar Rp. 31.945.805.000,- dan hingga Juni 2019 telah diperoleh Rp. 14.398.867.577,- Dari Pendapatan tersebut, sebanyak Rp.1.300.121.000,- diperoleh dari transaksi nontunai,” ungkapnya di kantor BRT Trans Semarang Jalan Tambak Aji No 5 Semarang.

Diberitakan sebelumnya, BLU UPTD Trans Semarang menemukan berbagai modus kecurangan Petugas Tiketing Armada (PTA) BRT Trans Semarang.

Berbagai modus kecurangan tersebut terungkap setelah dilakukan investigasi kepada oknum PTA. Modus kecurang tersebut antara lain; penumpang yang tidak diberi tiket padahal sudah membayar, tiket penumpang bekas atau tertinggal yang dijual kembali, penyalahgunaan tiket pengganti, dan tiket diberikan tidak sesuai dengan tarif misalkan tiket pelajar diberikan kepada penumpang umum. (abi/tm).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here