UNGARANNEWS.COM. SEMARANG- Rencana pemerintah menghubungkan jalur transportasi antarprovinsi di Pulau Jawa untuk memangkas biaya logistik dan menggerakkan perekonomian mulai terwujud.
Jalan tol Trans Jawa sepanjang sekitar 800 kilometer yang membentang dari Merak hingga Banyuwangi dijadwalkan rampung akhir tahun ini.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo telah meminta para pemangku kepentingan di daerah sekitar jalan tol memperkenalkan potensi lokal agar tidak sekadar menjadi perlintasan.
Ia yakin pembangunan jalan tol itu akan menambah daya tarik daerah-daerah yang dilewati bagi investor maupun wisatawan.
“Maka bupati harus nyiapin, ini daerah-daerah yang seksi untuk pertumbuhan. Batang dan Kendal ini jadi dua kabupaten yang diincar untuk pertumbuhan,” katanya.
Ia mengusulkan tempat istirahat di beberapa titik jalur tol Trans Jawa dijadikan tempat jualan produk-produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Para pedagang batik dan telur asin di sepanjang jalur pantai utara yang mengeluh omzetnya menurun akibat pembangunan jalan tol Pemalang-Semarang bisa diberi peluang menjajakan produk di sana.
Sementara itu, Pakar Transportasi Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) dari Unika Soegijaprata Semarang, Djoko Setijowarno mengatakan tidak mudah pelaku UMKM dapat membuka stand di rest area tol. Banyak kendala yang dihadapi diantaranya harga sewa rest area yang sangat mahal dan pembeli yang sepi.
“Tidak mungkin pengusaha kecil bisa bertahan di rest area. Barang yang dijual akan sulit laku karena harganya terlalu mahal. Siapa yang mau beli? UMKM juga tidak mau rugi, harga barang dijual mahal karena sewa stand mahal,” ujarnya kepada Jateng Pos, Minggu (18/11) malam.
Untuk itu, menurut Djoko perlu dicarikan solusi untuk memawadahi para pelaku UMKM. Perlu ada kerjasama Pemkab/Pemkot dengan pengelola jalan tol. Rest area bisa disiasati dengan harga murah jika yang mengelola Pemda sendiri. Hal itu bisa diwujudkan jika rest area dibuat di luar tol.
“Caranya setiap daerah yang dilalui minta dibuatkan exit tol untuk membuka akses menuju ke kota sekaligus membuka rest area. Disitu pemda bisa mengelola sendiri tempat berjualan dengan harga murah untuk menampung para pelaku UMKM. Dengan begitu akan banyak pembeli karena harga barang yang dijual murah,” ungkapnya.
Seperti yang sudah berjalan di tol Pekalongan, lanjut Djoko, begitu keluar exit tol pengendara bisa menemukan rest area yang banyak pedagang berjualan kerajinan dan kuliner khas daerah setempat. Begitu juga bisa dijumpai di exit tol Salatiga, meski di sini belum dikelola dengan baik oleh Pemkot setempat.
Diharapkan Pemda lain seperti Pemalang, Batang, Kendal, Mangkang (Kota Semarang), Boyolali, dan Sragen agar mengajukan exit tol kepada pengelola tol untuk membuka rest area bagi pelaku UMKM. Pengajuan itu dipandang perlu mengingat potensi setiap daerah yang dilewati tol akan berkurang karena semakin jarang pengendara yang masuk ke kotanya.
“Nantinya dapat bekerjasama dengan operator untuk dibuatkan petunjuk jalan sebelum pengendara memasuki rest area yang dikelola pemda. Ada kemudahan pengendara menjangkau ke rest area di luar tol dengan tidak dikenakan tarif ketika mereka kembali memasuki tol,” tandasnya. (abi/tm)