
UNGARANNEWS.COM. UNGARAN- Sebanyak 236 Kabupaten / Kota di Indonesia merupakan endemis filariasis atau penyakit kaki gajah. Sedangkan enam provinsi dinyatakan bukan endemis yakni DKI Jakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, Sulawesi Utara dan Yogyakarta. Saat ini sudah ada 105 Kabupaten/Kota endemis filariasis selesai melaksanakan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) dan 131 sisanya sedang melaksanakan POPM.
Pernyataan tersebut disampaikan Kasi Filariasis Sub Direktorat Filariasis dan Kecacingan Kemenkes RI dr Solihah Widyastuti M. Epid di sela-sela acara Diseminasi Hasil Surveilance Kepatuhan Minum Obat Filariasis yang digelar Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Kementerian RI di ruang rapat Sekretariat Daerah Kabupaten Semarang di Ungaran, Selasa (4/12).
“Rata-rata nasional cakupan pemberian obat filariasis mencapai sekitar 78,38 persen dari target 65 persen. Semakin tinggi cakupannya maka semakin besar melakukan eliminasi filariasis,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Semarang, Hasti Wulandari menyatakan prosentase Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis atau penyakit kaki gajah di Kabupaten Semarang pada tahun 2017 mencapai angka 90 persen. Angka itu melampaui target yang ditentukan yakni 85 persen dari total jumlah penduduk.
“Program POPM tahun kedua pada 2018 masih berlangsung dan harus diminum didepan petugas kesehatan. Pemberian obat pencegah penyakit kaki gajah ini akan berlangsung setiap Bulan Oktober setiap tahun sampai 2021,” ujarnya dalam acara yang sama.
Ditambahkan oleh Hesti, pada pelaksanaan tahun ke dua POPM tahun 2018 ini, pihaknya semakin memperketat pemberian obat kepada warga. Sehingga dapat dipastikan angka cakupan minum obat filariasis akan meningkat. Hal itu penting guna memutus mata rantai perkembangbiakan cacing mikrofilaria yang amsuk ke tubuh lewat gigitan nyamuk itu. Pemberian obat anti filairasi dilakukan setiap Bulan Oktober yang disebut Bulan Eliminasi kaki Gajah (Belkaga).
Sementara itu Kepala BBTKLPP Kemenkes RI dr Irene mengatakan ada Sembilan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang merupakan endemis penyakit filariasis. Yakni Wonosobo, Brebes, Pekalongan, Kota Pekalongan, Kabupaten Semarang, Grobogan, Demak, Pati, Blora.
“Pengobatan massal filariasis memerlukan waktu lima tahun berturut-turut dan masih memerlukan pengamatan selama empat tahun sesudahnya. Karenanya diperlukan dukungan semua pihak agar penyakit ini dapat tereliminasi,” terangnya.
Pada hasil surveillance yang dilakukan BBTKLPP, tahun ini ditemukan dua kasus suspect penyakit filariasis di wilayah Kecamatan Pabelan. Namun belum diketahui apakah kasus itu positif atau tidak. Sedangkan temuan di Kecamatan Ambarawa dipastikan negative filariasis. Irene mengimbau para petugas di Puskesmas yang menjadi ujung tombak program POPM untuk serius memastikan obat yang diberikan benar-benar diminum. Sebab jika tidak dan ditemukan kasus filariasis baru, maka program POPM harus diulang lagi. (HMS/tm)