
UNGARANNEWS.COM. KLATEN- Sedikitnya 73 peserta mengikuti Festival Gethek Tradisional 2019 yang diadakan di Rowo Jombor Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, kemarin.
Festival diadakan dalam rangka memeriahkan perayaan Grebeg Syawalan ini mendapat sambutan antusias para peserta lomba maupun masyarakat yang menyaksikan kegiatan yang rutin diadakan setiap tahun ini.
Lomba yang digelar cukup unik. Para peserta beradu cepat mendayung rakit yang terbuat dari bambu dengan menggunakan tangan. Meski menyulitkan namun peserta sangat menikmati perlombaan gethek tradisional ini.
“Cukup sulit melajukan gethek karena menggunakan tangan. Meski sulit dan melelahkan namun saya sangat senang dan puas bisa turut memeriahkan festival ini,” ujar Aman (37) warga Wedi, Bayat, Klaten.
Bupati Klaten Sri Mulyani mengatakan, gethek merupakan salah satu alat transportasi tradisional di Klaten. Keberadaan gethek sebagai salah satu warisan budaya Jawa memberikan ciri khas kebudayaan tersendiri yang hingga kini masih eksis di tengah masyarakat.
“Jaman dulu keberadaanan gethek di Klaten difungsikan sebagai alat alternatif transportasi masyarakat yang nyaman, aman, terjangkau serta ramah lingkungan. Kami menyambut baik dan mendukung acara festival gethek ini,” katanya.
Menurutnya, lomba gethek ini sebagai upaya untuk mendorong para generasi muda agar mengenal dan akhirnya semakin mencintai alat tradisional khususnya gethek.
“Melalui festival gethek ini diharapkan mampu menanamkan nilai-nilai seni di kalangan generasi muda sebagai cara untuk menumbuhkan minat mereka pada alat tradisional gethek,” kata dia.
Camat Bayat yang juga Ketua Panitia, Edy Purnomo mengatakan, festifal ini merupakan salah satu cara guna melestarikan moda transportasi tradisional. Mengingat selama ini gethek adalah tranportasi penting bagi nelayan di sekitaran Rowo Jombor untuk mencari ikan. Sebab gethek sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu.
“Kita berharap dengan adanya hal ini masyarakat bisa mengenal bahwa gethek adalah moda transportasi turun temurun yang harus dilestarikan. Apalagi bagi generasi muda,” ujarnya.
Selain itu untuk menciptakan media olah raga yang mudah dan murah di kalangan masyarakat dan pelajar melalui gethek tradisional serta untuk memberikan wadah bagi apresiasi olah raga tradisional.
Disebutkan, festival tahun ini diikuti sebanyak 73 peserta dari berbagai kalangan. Dalam festival itu, puluhan peserta beradu cepat hanya menggunakan kedua tangan sebagai alat dayung.
Dari 73 peserta yang ikut terdiri dari peserta umum putra sebanyak 42 regu, umum putri 16 regu, pelajar putra 8 regu, dan pelajar putri 7 regu. Setiap regu terdiri dari dua orang yang menaiki satu gethek. Adapun peniliainnya adalah beradu cepat dari start hingga menuju garis finish.
“Peserta terdiri dari kontingen masing- masing kecamatan. Tidak ada batasan, setiap kecamatan bisa mengirimkan beberapa regu dan dari berbagai kalangan,” tandas Edy Purnomo.
Lebih lanjut disampaikan, rute yang diambil adalah jarak lurus dengan panjang kurang lebih 80 meter. Sekali berangkat, terdiri dari lima peserta dengan sistem bersampingan. Sementara moda transportasi yang digunakan untuk lomba hanya sebuah gethek dari bambu. (abi/tm)