Prosesi Reresik Sumur Pitu digelar warga Kelurahan Cangkrep Kidul Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo. FOTO:YOUTUBE/UNGARANNEWS

UNGARANNEWS.COM. PURWOREJO- Prosesi kirab dan Reresik Sumur Pitu yang digelar kali kedua oleh masyarakat Kelurahan Cangkrep Kidul Kecamatan / Kabupaten Purworejo berlangsung meriah mulai Sabtu (28/9/2019) hingga Minggu (29/9/20190) hari ini.

Event budaya itu sukses menyedot perhatian masyarakat. Dinamakan  Reresik Sumur Pitu yang artinya membersihkan sumur yang berjumlah 7. Merupakan tradisi unik yang digelar setiap bulan Sura.

Tradisi tersebut dimulai Sabtu (28/9/2019) sore. Tujuan diadakan selain menjaga tradisi dan budaya setempat, juga menjaga kelestarian mata air yang ada agar bisa terus digunakan sebagai sumber kehidupan di lingkungan setempat dan sekitarnya.

“Meskipun ada kemarau panjang seperti tahun ini, mata air tidak habis dan masih bisa digunakan termasuk untuk pertanian,” kata Ketua Panitia Penyelenggara, Teguh Suyono (40) di sela-sela acara.

Sebelum ritual dilaksanakan, prosesi diawali dengan arak-arakan dari lapangan desa menuju sumber mata air. Rombongan kirab yang terdiri dari prajurit, dalang, pembawa dupa, kidung rinonce, lurah, hapsara-hapsari, warga setempat hingga pembawa gunungan hasil bumi berjalan membelah desa.

Ribuan warga pun tumpah ruah di sepanjang jalan yang dilalui kirab untuk menonton iring-iringan kirab menuju tempat ritual utama di area Sumur Kemloko. Setiba di pintu masuk area sumber mata air, rombongan kirab disambut suara rebana bertalu-talu.

Teguh menambahkan, ritual sengaja dilakukan di area Sumur Kemloko karena merupakan sumber mata air alami yang sudah ada sejak zaman nenek moyang dan hingga kini masih dikeramatkan.

Di area itu, terdapat tujuh sendang atau sumur dengan nama yang berbeda antara lain sumur pancur, sumur buthek, sumur lanang, sumur wedok, sumur planangan, sumur pandansari 1 dan sumur pandansari 2.
“Mata airnya memang alami dan sampai sekarang tidak pernah habis. Keberadaannya juga sudah lama sejak dari nenek moyang dulu,” lanjutnya.

Tak hanya digunakan untuk keperluan sehari-hari, air yang keluar dari ke tujuh sumur itu juga dipercaya memiliki manfaat lain untuk membuat awet muda bahkan menyembuhkan segala macam penyakit.

Ritual reresik sumur pitu sendiri berlangsung secara serempak di tujuh sumur dengan petugas yang berbeda. Air sumur diambil oleh seorang anak perempuan dengan menggunakan gayung dari tempurung kelapa, kemudian air dimasukkan ke dalam kendi dari tanah liat yang dibawa oleh seorang anak laki-laki hingga penuh.

Setelah prosesi pengambilan air suci selesai, rombongan kembali berjajar hingga keseluruhan ritual lain usai dilaksanakan sebelum akhirnya menuju balai desa. Selain mengambil air suci, seperangkat kuda lumping beserta pemainnya juga ikut dijamas atau dibersihkan.

Ritual kemudian ditutup dengan rebutan gunungan hasil bumi. Masyarakat pun percaya akan mendapat berkah dan rejeki yang melimpah jika bisa mendapatkan makanan atau hasil bumi dari gunungan itu.

Rangkaian acara pun masih berlanjut hingga malam hari dengan menggelar kenduri agung di balaidesa. Hal tersebut dilakukan sebagai rasa syukur kepada Tuhan Yanga Maha Esa karena telah diberi limpahan rejeki terutama sumber mata air yang tiada habisnya.
Pada hari Minggu (29/9/2019) ini, acara masih akan dilanjutkan dengan menggelar pertunjukan kesenian kuda lumping di area sumur pitu dan akan berakhi sore nanti. (dtc/abi/tm)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here