Sukaton Purtomo. FOTO:IST/JP/DOK

UNGARANNEWS.COM. UNGARAN BARAT- Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikbudpora) Kabupaten Semarang merespon keluhan orangtua wali murid dengan mengembangkan pembelajaran metode baru, yakni memberikan tugas soal semua mata pelajaran (maple) yang sedang diajarkan ke para siswa tingkat SD dan SMP.

Kepala Disdikbudpora Kabupaten Semarang, Sukaton Purtomo, mengatakan selama kegiatan belajar mengajar (KBM) daring di tengah pandemi corona, pihaknya mendapat keluhan siswa sering kali mendapatkan banyak tugas dari sekolah.

“Siswa merasa kebanyakan tugas. Orangtua jadi gusar karena tugas yang banyak rentan menyebabkan siswa jenuh,” paparnya kepada wartawan, Rabu (5/8/2020).

Menurut Sukaton, metode tersebut masih tahap perencanaan. Secara teknis, pemberian satu tugas berisi soal dari semua mata pelajaran akan membuat siswa lebih ringkas dalam mengerjakannya.

“Misalnya di SMP ada 11 mata pelajaran yang diajarkan. Per satu tugas berisi materi soal dari 11 mapel. Siswa lebih ringkas dan praktis mengerjakannya,” tandasnya.

Selain mengembangkan satu tugas berisi soal semua mapel ke siswa, Sukaton menjelaskan saat ini Disdikbudpora Kabupaten Semarang sedang melakukan permohonan anggaran dari APBDes setiap desa di Kabupaten Semarang untuk jaringan internet. Terutama bagi desa yang berada di kawasan yang tidak ada sinyal internet.

“Kami sudah melakukan permohonan APBDes. Sesuai letak geografis Kabupaten Semarang, ada daerah yang taidk tak bisa dijangkau sinyal internet,” paparnya.

Ditambahkan Sukaton, permohonan diajukan memang tidak semua desa mau menerima. Ada yang membalas dengan sambutan positif ada yang menolak.

“Sifatnya hanya permohonan saja, kebijakan ada di masing-masing desa untuk penganggaran,” jelasnya.

Bagi daerah yang tidak dijangkau sinyal internet, ia memberikan solusi para guru bergerak ke rumah siswa memberikan pembelajaran tatap muka dengan mengumpulkan beberapa siswa sesuai protokol kesehatan.

“Misal dengan tatap muka di rumah dengan beberapa grup siswa di satu kawasan. Guru yang berkunjung di satu desa tertentu mengumpulkan para siswa, di sana guru memberi pembelajaran,” jelasnya.

Sementara itu, rencana sekolah dengan tatap muka akan dilakukan siswa SD September mendatang. Hal tersebut dilakukan usai evaluasi pembelajaran siswa SMP di Kabupaten selama dua bulan.

“Evaluasi pembelajaran dilakukan bulan Agustus ini, hasilnya seperti apa kita lihat nanti, kalau memungkinkan para siswa SD bisa belajar tatap muka dengan protokol kesehatan, di mana per kelas maksimal 18 siswa, dan harus berada di zona hijau corona,” paparnya.

Diketahui, para siswa tidak saja mengeluhkan banyaknya tugas soal dari sekolah, mereka juga mengeluh anggaran yang harus dikeluarkan lebih besar. Sedangkan hasil pembelajaran dirasa kurang maksimal.

“Sekarang ada daring lebih boros, kuota 10gb hanya untuk beberapa minggu sudah habis. Kadang saya tidak paham soalnya karena tidak ada penjelasan langsung dari guru,” ujar seorang siswa SMPN 3 Ungaran. (abi/tm)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here