FOTO:ILUSTRASI/IST

UNGARANNEWS.COM. BOYOLALI- Kebakaran hutan di gunung Merbabu belum padam sepenuhnya. Namun titik api sudah banyak berkurang. Kawasan yang masih terbakar saat ini yakni di wilayah Resort Selo dan Resort Ampel, Balai Taman Nasional Gunung Merbabu (BTNGMb).

Jumlah hotspot atau titik api, juga sudah berkurang. Jika Jumat kemarin terpantau ada 7 titik api, saat ini tinggal dua titik api.

“Perkembangan pengendalian kebakaran hutan di TNGMb sampai dengan pukul 12.00 WIB, lokasi yang masih terbakar saat ini wilayah Resort Selo dan Resort Ampel. Jumlah hotspot ada 2 titik api,” kata Kasubbag TU BTNGMb, Johan Setyawan, Sabtu (14/9/2019) sore.

Upaya pengendalian kebakaran saat ini masih dilakukan oleh petugas dan relawan dari sejumlah Resort. Seperti dari Resot Kopeng, Ampel, Selo, Wonolelo dan Pakis.  Kebakaran hutan di Gunung Merbabu diperkirakan telah menghanguskan sekitar 260 hektare lahan.

Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merbabu (BTNGMb), Junita Parjanti, mengungkapkan dampak yang ditimbulkan akibat kebakaran hutan itu.

“Karena ini adalah kawasan konservasi, keanekaragaman hayati terkait flora dan fauna pasti terganggu,” kata Junita, Sabtu (14/9/2019) sore.

Namun, pihaknya belum bisa mendata satwa-satwa yang terganggu akibat kebakaran di kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu. Pihaknya masih fokus pada upaya pemadaman.

Dampak lainnya, lanjut dia, yakni terkait dengan sumber mata air yang dimanfaatkan oleh warga untuk kebutuhan sehari-hari. Di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu terdapat 39 mata air yang dimanfaatkan oleh warga sekitar, baik di wilayah Kabupaten Boyolali, Kabupaten Semarang dan Magelang.

“Pipa-pipa airnya pasti akan mengalami kerusakan (akibat terbakar),” katanya.

Pihaknya masih mendata desa-desa yang distribusi air bersih terancam akibat terbakar. Menurut dia, ada tiga sumber air yang berpotensi terganggunya distribusi air ke kampung-kampung di bawahnya.

“Yang terdeteksi terganggu itu ada tiga, di kecamatan Pakis itu ada Tuk Teyeng. Kemudian di kecamatan Kopeng, Tuk Klanting dan di kecamatan Ampel ada Tuk Sipendok,” jelas dia.

Desa yang terdampak langsung dari akibat terbakarnya pipa air yaitu Desa Gondangsari (Pakis), Desa Tajuk (Kopeng) serta Desa Ngagrong dan Desa Candisari (Ampel).
Vegetasi yang terbakar berupa semak belukar dan tumbuhan bawah. Selain itu juga terdapat sejumlah tanaman keras. Pihaknya mengaku khawatir kebakaran yang di wilayah Ampel, jika sampai merembet turun.

“Karena disana keanekaragamannya tinggi, disitu tempat kita pengamatan Elang Jawa. Pasti terganggu dia (Elang Jawa) ya, kasihan,” ucapnya.

Meski demikian Junita mengatakan, kebakaran tersebut masih jauh dari pemukiman penduduk. (dtc/tm)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here