UNGARANNEWS.COM. SEMARANG- Memasuki awal tahun baru Imlek 2570 Klenteng Kebon Jeruk (Low Lie Bio) Jl Roro Jongrang Timur, Manyaran, Kota Semarang menggelar ritual Po Un diikuti ribuan peserta dari berbagai daerah di Indonesia hingga luar negeri, Kamis (14/2/2019).
Pemimpin ritual pandita Dhamma Amaro mengatakan ritual Po Un merupakan ritual rutin diadakan Kelenteng Kebon Jeruk setiap tahun menyambut tahun baru Imlek. Diadakan setelah tanggal 10 bulan 1 tahun Imlek yang diadakan di altar utama Kelenteng yang berada di perkampungan dataran tinggi ini.
Tujuan ritual, lanjut pandita Dhamma Amaro, untuk memperbaiki nasib selama tahun Imlek 2570 ini agar semakin baik dan dijauhkan dari segala kesulitan dan hambatan hidup.
“Po Un dari bahasa Hokian kalau diartikan Po artinya “menambal”, Un artinya “nasib”. Maknanya untuk memberbaiki nasib semoga menjadi lebih baik. Bagi yang nasib kurang baik semoga menjadi lebih baik, bagi yang sudah baik menjadi lebih baik lagi,” jelas pandita Dhamma Amaro.
Dijelaskan lebih lanjut, prosesi Po Un berlangsung dengan empat tahapan dimulai pukul 09.00 hingga selesai sekitar pukul 14.00. Tahapan pertama, diawali pembacaan mantra pembersihan oleh pandita Dhamma Amaro. Dilanjutkan tahapan kedua, dibacakan puji-pujian ditujukan untuk para Budha dan Dewa.
“Tahapan ketiga, ritual inti yakni Po Un merupakan ritual utama dari rangkaian prosesi. Dalam prosesi ini seluruh nama-nama peserta kita bacakan semoga doa dan permohonannya terkabulkan. Tahapan keempat, penutupan yang akan kita bacakan doa Pa-Shi, Pa-Fu,” ungkapnya di sela-sela istirahat sebelum prosesi Po Un.
Menurut pandita Dhamma Amaro setiap peserta meski mengikuti Po Un sekali namun namanya sudah terdaftar menjadi peserta Ciok Hok hingga akhir tahun ini, yang diperingati setiap tanggal 22 Desember.
Seusai ritual peserta yang hadir mendapatkan sarana sembahyangan untuk dibawa pulang, diantaranya buah jeruk, beras, air, mieswa, permen, hu (jimat kertas) dan sapu tangan. Pemberian sarana yang telah didoakan itu untuk melancarkan keberkahan dan ketentraman bagi peserta dan juga keluarganya.
Pemberian sarana ini, dijelaskan pandita Dhamma Amaro, masing-masing membawa makna dan pelambang. Seperti buah jeruk merupakan pelambang keberkahan, beras bermakna berlimpahnya berkah makanan, air bermakna sumber keberkahan, mieswa bermakna panjang umur, sapu tangan bermakna agar terhalau semua rintangan dan hambatan, permen yang bermakna mendapatkan kemanisan dalam hidup, dan Hu yang berguna untuk perlindungan.
“Selain itu setiap peserta mendapatkan ramalan sesuai shionya masing-masing, sebagai pedoman atau rambu-rambu dalam menjalani hidup selama setahun ini,” tandasnya.(abi/tm)