
UNGARANNEWS.COM. MAGELANG- Selada air atau lebih dikenal dengan nama Kenci oleh masyarakat Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang sering dibuat sebagai lalapan teman makan sambel. Tanaman ini tumbuh subur di beberapa wilayah di Magelang, terutama di Desa Sambungrejo, Kecamatan Grabag, yang terletak di kaki Gunung Sukorini.
Desa yang pernah mengalami musibah banjir bandang pada 29 April 2017 lalu ini, kini Kenci tengah dikembangkan untuk produk olahan yang diharapkan dapat meningkatkan perekonomian keluarga.
Upaya membantu meningkatkan pendapatan masyarakat setempat lima mahasiswa Universitas Tidar Magelang (Untidar) membuat inovasi berupa Pekan Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-P) dengan mengolah tanaman kenci menjadi kripik yang memiliki rasa khas yang diberi nama Kerinci.
Kelima mahasiswa tersebut adalah Astutik (Ilmu Administrasi Negara), Yulfatunisa (Ilmu Administrasi Negara), Rizqiyatu Zuthfiyah (Ilmu Administrasi Negara), Ani Wulan Rahmawati (Pendidikan Bahasa Inggris) dan Laeli Lafi Khusnatun (Ekonomi Pembangunan) dengan mengusung judul “Kerinci Peningkatan Keterampilan Masyarakat Pasca Bencana dalam Mengolah Potensi Lokal Dusun Sambungrejo”
“Kenci awalnya hanya dimanfaatkan untuk dijadikan lauk sehari-hari, tinggal direbus dan dipadukan dengan sambel pecel. Namun, kini kenci dapat dijual sebagai camilan sehat dan bernilai ekonomi tinggi,” ujar Astutik Ningsih.
“Kami membuat sebuah program pelatihan pengolahan kenci menjadi keripik aneka rasa. Hasil sharing dengan ibu-ibu PKK Desa Sambungrejo, warga saat ini mengharapkan bantuan berupa program-program yang dapat membantu mereka melakukan perbaikan ekonomi, bukan hanya program yang bersifat sementara, namun juga program yang memiliki keberlanjutan,” tambahnya.
Mereka optimis dengan pelatihan keripik kenci ini dapat menjadi salah satu mata pencaharian warga Desa Sambungrejo.
“Cara pengolahannya cukup mudah. Daun kenci dicuci bersih dan ditiriskan. Siapkan adonan keripik yang terdiri dari tepung terigu dan tepung beras serta bumbu. Goreng kering daun kenci yang telah dibalur dengan adonan. Setelah dingin keripik kenci dibagi ke beberapa wadah untuk dicampur dengan beberapa rasa kekinian seperti pedas, balado, dan jagung manis pedas, balado dan lainnya,” tutur Yulfatunisa.
Keripik kenci atau Kerinci diberi tambahan beberapa rasa untuk menarik konsumen. Dikemas secara moderen dan dipasarkan di beberapa koperasi dan toko di wilayah Grabag juga melalui media sosial melaui Facebook, Instagram dan Whatshap. Kerinci dijual dalam beberapa ukuran kemasan yaitu 100 gr seharga Rp 8.000, 250 gr seharga Rp 15.000 dan 500 kg seharga Rp 25.000.
“Ibu-ibu PKK Desa Sambungrejo sangat antusias dengan program ini terutama bagi mereka ibu-ibu rumah tangga. Selain menjadi pengisi waktu luang juga menjadi tambahan penghasilan bagi keluarga,”tandasnya. (meks/tm)