UNGARANNEWS.COM. BREBES- Beras hitam asal Kecamatan Sirampog Kabupaten Brebes dalam perkembangannya semakin di kenal masyarakat. Tidak hanya di pulau Jawa, beras hitam Sirampog yang memiliki rasa khas dan wangi juga memiliki manfaat bagi kesehatan ini diminati masyarakat hinga luar pulau Jawa.
Ceritanya, beras hitam Sirampog awal keberadaannya hanya sebatas tanaman pagar pengusir burung di lahan sawah petani. Hal itu diakui salah seorang petani yang juga pembudidaya beras hitam Kamali (61), warga Desa Kaligiri, yang sudah puluhan tahun menggeluti dunia pertanian khususnya tanaman padi.
Menurut dia, awalnya tanaman beras hitam ini justru hanya ditanam di pinggiran petak sawah membentuk pagar. Tujuannya menghalau burung yang kerap mengganggu bulir padi beras putih di dalam petak sawah.
”Tanaman beras hitam ini ketika mulai berisi, maka akan menimbulkan wangi. Sehingga burung lebih memilih padi beras hitam yang ada di pinggir petak sawah. Akhirnya padi beras putih yang ditaman di dalam petak aman,” ungkapnya, Kamis (22/8/2019).
Dia tidak mengetahui secara pasti sejak kapan tanaman beras hitam tersebut masuk ke wilayah Sirampog. Namun sejak dia menjadi petani, kebiasaan menanam beras hitam di pinggir petak sawah ini sudah dilakukan oleh para petani di wilayahnya.
”Jadi sudah turun temurun dilakukan oleh generasi sebelumnya, bahkan sampai saat ini juga masih dilakukan,” imbuh Kamali.
Produksi beras hitam saat ini untuk 1 hektare lahan bisa menghasilkan 3,5 ton dengan usia panen 5 bulan. Setelah melalui serangkaian pengolahan hingga mencapai kualitas dan pengemasan yang baik, beras hitam asal Kecamatan Sirampog ini baru dijual ke pasaran.
Kades Kaligiri Rosidin tidak memungkiri saat ini beras hitam ini semakin dikenal oleh masyarakat luas. Hal itu tidak lepas dari perhatian yang diberikan oleh Pemkab Brebes melalui unsur-unsur terkait dalam membina petani. Mulai dari pengolahan masa tanam, maupun pengolahan produksi dan pemasarannya.
”Pada 2009, awalnya lahan padi beras hitam ini hanya sekitar 2 hektare saja. Namun, setelah mendapat perhatian dari Pemkab, kemudian berkembang menjadi 7 hektare yang tersebar di lima desa, yakni Kaligiri, Sridadi, Mlayang, Mendala dan Manggis, berbentuk demplot,” terangnya. (rateg/tm)