
UNGARANNEWS.COM. UNGARAN TIMUR- Desa Kalikayen, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang berpatisipasi dan menyukseskan Festival Gapura Cinta Negeri yang diadakan Pemerintah Pusat.
Lomba dengan mengangkat kreativitas dan semangat persatuan, persaudaraan dan gotong rotong sekaligus melestarikan tradisi perayaan 17 Agustus tersebut, di Desa Kalikayen salah satunya berada di RW 03.
Kepala Desa Kalikayen, Sugiono ketika ditemui UNGARANNEWS di lokasi gapura lomba mengatakan, keikutsertaan mengikuti lomba gapura sebagai bentuk partisipasi warga Kalikayen dalam memperingati HUT Kemerdekaan RI ke-74. Ia bersyukur program yang dicanangkan pemeritah mendapat respon positif dari warganya.
“Kami bersyukur warga merespon dan antusias mengikuti lomba gapura. Warga bergotong-royong membuat asesoris gapura yang semuanya terbuat dari bambu. Menunjukkan kerukunan dan keguyuban warga Kalikayen sangat tinggi. Kami sangat bangga bisa mengikuti lomba ini, soa terpilih atau tidak untuk mewakili kecamatan dan kabupaten, kita serahkan semuanya pada tim penilai,” ujarnya.
Gapura yang dibuat di bagian sisi kanan dan kiri berbentuk bambu runcing. Sedangkan di tengah bagian lengkung terdapat rumah-rumahnya yang di dalamnya terdapat tumpukan buku.
Bagian depan sisi kiri gapura dibuat miniatur gardu ronda dilengkapi bentuk senjata berukuran besar terbuat dari bambu. Dengan diberi keteranga tulisan “Kebodohan”. Bagian kanan di dinding gapura terselip sapu dan alat rumah tangga lainnya dengan keterangan tulisan “Kemiskinan”.
“Ornamen yang menghiasi gapura memiliki makna dan filosofi, menyesuaikan dengan tema lomba gapura “Cinta Negeri”. Warga membuat dan merumuskan sesuai kreativitas masing-masing RW. Warga Kalikayen mengobarkan semangat membangun desa,” paparnya.
Makna yang terpampang dari bentuk gapura, dijelaskan Sugiono, arti tulisan Kebodohan dan Kemiskinan jika dikombinasikan dengan rumah-rumahnya yang di dalamnya terdapat buku-buku pengetahuan, merupakan simbol jika kebodohan dan kemiskinan itu bisa diberantas dengan ilmu pengetahuan atau pendidikan.
“Makna mendasar dari rumusan gapura ini, warga ingin bersama-sama mengobarkan semangat memerangi kemiskinan dan kebodohan, diantaranya dengan memperbanyak pengetahuan dan mendidik sekolah anak setinggi-tingginya,” ungkapnya.
Sedangkan ornamen senjata dan sapu, lanjut Sugiono, bermakna jika orang jaman dulu menggunakan peralatan seadanya untuk memerangi keterbelakangan masyarakat, namun jaman sekarang sudah menggunakan alat yang canggih yang diumpamakan senjata api jenis AK otomatis yang canggih. (abi/tm)