Suasana sehari-hari masyarakat kampung Jatirejo di TPA Putri Cempo, Mojosongo, Jabres Solo. FOTO:DETIK

UNGARANNEWS.COM. SOLO-  Predikat sebagai kota paling layak huni yang pernah dilekatkan oleh Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) untuk Kota Solo bukan tanpa catatan. Tentu masih ada kekurangan yang harus diperbaiki, antara lain hunian kawasan pinggiran yang masih di bawah kata layak.

Seperti di Kampung Jatirejo RT 03 RW 39, Mojosongo, Jebres, Solo yang berbatasan langsung dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo. Bau sampah masih menjadi ‘santapan’ sehari-hari warga setempat.

Bau sampah semakin menyengat saat musim penghujan tiba. Tak hanya sampah, bau limbah tinja dari Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) pun kerap mampir ke rumah warga.

Jika musim kemarau, gunungan sampah menjadi rawan terbakar. Seperti saat ini, TPA Putri Cempo mengalami kebakaran yang tidak juga padam sejak dua bulan lalu.

Terlebih lagi pembakaran sampah di TPA Putri Cempo yang sampai saat ini masih menjadi momok. Meski api sudah tidak terlihat lagi. Namun asapnya tak henti-hentinya mengepul.

Dampaknya, asap tersebut terbawa angin hingga menyerang pemukiman warga. Rata-rata warga mengalami sesak napas saat terserang asap, kemudian mata perih, juga sakit perut.

Wali Kota Surakarta, FX Hadi Rudyatmo, mengaku terus berupaya menyelesaikan masalah sampah. Gunung sampah di TPA Putri Cempo diyakini akan habis setelah Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) mulai beroperasi.

“Solusinya adalah PLTSa. Sampah-sampah ini akan diolah terus sampai habis. Tapi butuh waktu 10-15 tahun untuk menghabiskan sampah,” kata Rudy.

Jika sampah habis, pemkot akan memperoleh lahan seluas 15 hektare. lahan kosong tersebut akan digunakan untuk hal yang bermanfaat.

Teknis pengolahannya sampah akan disulap menjadi briket, dikonversi menjadi energi listrik dan disalurkan kepada masyarakat.

Direktur Utama PT Solo Citra Metro Plasma Power sebagai kontraktor proyek PLTSa Putri Cempo, Elan Syuherlan mengatakan pihaknya sudah melakukan uji coba pengolahan sampah menjadi briket. Briket dari sampah itu, kemudian dikonversi menjadi energi listrik dan mampu menyelesaikan persoalan tentang sampah.

Elan menjelaskan, meski masih berupa prototype, namun PLTSa Putri Cempo sudah menunjukkan hasil memuaskan. Rencananya, PLTSa Putri Cempo akan menyelesaikan tumpukan sampah lebih dari 1,6 juta ton. Namun, jangka waktu yang diperlukan cukup lama.

Rencananya, lanjut Elan, di TPA Putri Cempo akan dibangun PLTSa yang lebih besar dengan kapasitas 5 MW dan dijadwalkan groundbreaking pada 23 Oktober 2019. (dtc/abi/tm)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here