Moment saat pembukaan Kongres Sampah di Desa Kesongo, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. FOTO:ISTIMEWA/UNGARANNEWS

UNGARANNEWS.COM. TUNTANG – Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekda Provinsi Jawa Tengah Peni Rahayu menekankan, Jateng Gayeng Telung NG (tiga ng, red) menjadi gerakan sampah membawa berkah yang telah disetujui bersama dalam Kongres Sampah 2019. Telung NG  merupakan kepanjangan dari Ngelongi  (mengurangi), Nganggo  (menggunakan), dan Ngolah  (mendaur ulang) sampah.

Pernyatan demikian disampaikan saat pentupan Kongres Sampah pertama kali di Indonesia, yang berlangsung di Desa Kesongo, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, selama dua hari, Sabtu-Minggu (12-13/10/2019). Gerakan yang dimulai dari kelompok terkecil yaitu dari rumah tangga dan RT/ RW, menjadi cara efektif menekan timbunan sampah.

Diakui, setiap tahun sampah yang dihasilkan di Jawa Tengah terus meningkat, bahkan dalam setahun meningkat sekitar lima ton. Penanganan sampah tidak cukup hanya diatasi dengan cara biasa.

Sedangkan cara ‘menyembuhkan’ perlu penanganan multidisiplin ilmu. Karena itu dalam Kongres Sampah 2019, berbagai unsur masyarakat berkumpul merumuskan obat mujarab untuk mengatasinya.

Berdasarkan hasil diskusi dalam Kongres Sampah selama dua hari, dengan peserta terdiri dari pemerintah, komunitas, perguruan tinggi, pengusaha dan masyarakat umum, menyatakan komitmen dalam pengelolaan sampah yang terintegrasi dan berkelanjutan.

Komitmen itu diwujudkan dalam bentuk deklarasi Maklumat Kongres Sampah Tahun 2019 yang terdiri dari lima poin, antara lain:

1. Persoalan sampah dari waktu ke waktu tidak hanya mengganggu pandangan mata tetapi sudah masuk ke ruang kehidupan, mulai dari masalah kesehatan, psikologi, lingkungan hidup, kekumuhan, dan kerusakan ekosistem, serta bencana alam.

2. Persoalan sampah semakin hari semakin besar, sementara solusinya semakin hari    semakin kompleks dan belum terlihat titik terangnya, sehingga Jawa Tengah mengalami  darurat sampah.

3. Darurat sampah memaksa seluruh pemangku kepentingan untuk segera dan secara  masif melakukan konsolidasi dan mensinergikan seluruh regulasi, kebijakan dan program pengelolaan sampah.

4. Darurat sampah memaksa kita untuk mengubah perilaku masa bodoh menjadi peduli untuk pengurangan sampah (ngelongi), penggunaan sampah yang efektif (nganggo) dan daur ulang sampah (ngolah) yang disebut sebagai Jateng Gayeng Telung NG.

5. Jateng Gayeng Telung NG merupakan wujud dari Gerakan Sampah Membawa Berkah.

Para peserta Kongres Sampah siap memegang teguh komitmen maklumat tersebut, salah satunya dinyatakan oleh perwakilan Asosiasi Bank Sampah Kabupaten Tegal Oksidore Yos Arian Wijatmoko.

“Kami siap mendukung dan berkomitmen dalam pengelolaan sampah. Setelah Kongres Sampah, kami berencana mengatur regulasi bank sampah di Kabupaten Tegal.. Jangan sampai membangun bank sampah tanpa ada kesinambungan,” tandasnya.

Panitia Kongres Sampah Putut Yulianto mengapresiasi keterlibatan para peserta kongres. Ia senang karena para peserta kongres begitu serius dan bekerja keras dalam mencari solusi mengatasi sampah yang ada di Jawa Tengah.

Sementara itu, catatan atas terselenggaranya kegiatan akbar diharapkan bukan sekedar pemahaman dan kesadaran bagi peserta kongres dan instansi terkait, perlu kelanjutan penyampaian informasi ke masyarakat secara secara massif.

Peran serta media massa perlu mendapat perhatian kerja sama sistemik. Panitia penyelenggara merangkul semua media kompentitif, memberi akses informasi lebih detil sebelum dan setelah kegiatan.

“Kita sebelum kegiatan tidak mendapatkan informasi, ini moment besar yang harus diketahui masyarakat luas. Panitia harus jeli merumuskan informasi efektif, seharusnya dikoordinasikan dengan baik. Seperti disiapkan tempat khusus media, semacam media center. Tapi ini tidak,” ujar Abdul salah satu wartawan media lokal Kabupaten Semarang. (hum/abi/tm)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here