
UNGARANNEWS.COM. BANDUNGAN- Hingga malam ini pukul 20.00 sedikitnya 25 kali gempa terkini yang melanda Salatiga, Banyubiru, Bawen dan Ambarawa. Meski diprediksi tidak berbahaya masyarakat diimbau tetap waspada.
Laporan BMKG mencatat gempa ke-22 terjadi pukul 17.15 WIB dengan Magnitudo 3,5. Informasi masyarakat gempa susulan masih terus terjadi hingga pukul 19.00, sedikitnya terlaporkan 25 kali. Terakhir terasa kuat di kawasan Banyubiru dan sekitarnya.
Gempa yang mengguncang sejak Sabtu (23/10/2021) dini hari, sekitar pukul 18.00 guncangannya terasa sampai wilayah Bandungan. Rentatan gempa terasa berulang-ulang hampir di seluruh Bandungan hingga Sumowono, Kabupaten Semarang.
“Gempa terasa sampai Bandungan dan sebagian wilayah Sumowono. Getarannya sangat mengagetkan dan goyangannya cukup kuat,” ujar Ketua Pamswakarsa Bima Bandungan, Tri Sumedi kepada UNGARANNEWS.COM, Sabtu (23/10/2021) malam.
Pihaknya meminta masyarakat waspada terhadap kondisi yang terjadi, dengan tetap tenang dan tidak panik. Imbauan tersebut disampaikan melalui grup WhattAps (WA) hingga ke tingkat RT di lokasi terdampak guncangan.
“Warga kita imbau selalu waspada. Bagi yang rumahnya tingkat sementara tidur di lantai bawah, kunci rumah disiapkan menempel di pintu, dan segera keluar rumah jika merasakan gempa intensitasnya tinggi,” tandasnya.

Terutama warga yang tinggal di perbukitan dan lereng gunung Ungaran waspada terhadap pertanda alam di sekitarnya. Warga diminta menjauhi pepohonan dan bangunan yang sudah mulai retak.
“Jika kondisi mengkhawatirkan segera keluar rumah. Cari titik kumpul yang aman. Kita juga terus berdoa kondisi alam semoga kembali membaik dan gempa segera berhenti,” tandasnya.
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono menyebutkan, analisis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), gempa terjadi di wilayah Salatiga, Banyubiru, Bawen, dan Ambarawa berkuatan magnitudo 2.5 hingga 3.5.
“Aktivitasnya mengarah gempa swarm. Gempa ini tidak hanya berkaitan dengan gunung api. Beberapa laporan menunjukkan bahwa aktivitas swarm juga dapat terjadi di kawasan non vulkanik,” ungkap Daryono diunggah di twitter pribadinya, Sabtu (23/10/2021) petang.
Swarm juga dapat terjadi di kawasan dengan karakteristik batuan yang rapuh yang terbangun medan tegangan, sehingga mudah terjadi retakan (fractures).

Gelombang gempa (waveform) dicatat oleh Stasiun Seismograf Semarang, gempa Ambarawa sekitar M 3,0. Tampak gelombang S-nya sangat jelas dan nyata menunjukkan ada pergeseran tiba-tiba dua blok batuan (slip).
“Ini bukti gempa yang terjadi adalah gempa tektonik. Dari segi sebaran temporal magnitudo nya sudah bisa dikategorikan swarm,” tandasnya.
Fenomena gempa swarm sudah terjadi beberapa kali di Indoesia. Di antaranya di Klangon, Madiun, pada Juni 2015; Halmahera Barat pada Desember 2015; dan Mamasa, Sulawesi Barat, pada November 2018.
“Aktivitas gempa swarm memang jarang terjadi. Jika kekuatan gempa swarm cukup signifikan dan guncangannya sering dirasakan, memang dapat meresahkan masyarakat,” tambahnya.
Namun, sebenarnya tidak membahayakan jika bangunan rumah di zona swarm tersebut memiliki struktur yang kuat. (abi/tm)