Ketua DPRD Kabupaten Semarang Bondan Marutohening menyampaikan paparan dalam FGD Antisipasi Bencana di Kabupaten Semarang bersama Ketua DPRD Jawa Tengah Bambang Kusriyanto dan Forum Relinko di The Wujil Hotel and Conventions, Bergas, Sabtu (8/10/2022). FOTO:UNGARANNEW

UNGARANNEWS.COM. BERGAS- Bencana alam terjadi di wilayah Kabupaten Semarang dalam setahun ini tercatat sebanyak 96 kejadian. Paling banyak didominasi bencana tanah longsor disebabkan curah hujan dan tanah bergerak.

“Topografi wilayah Kabupaten Semarang banyak perbukitan dan gunung berpotensi rawan bencana longsor dan tanah bergerak. Masukan dari akademisi juga menyebutkan ada retakan bumi di Rawa Pening hingga rawan potensi gempa bumi,” ujar Plt Kepala BPBD Kabupaten Semarang, Seno Wibowo dalam Forum Group Discussion (FGD) Antisipasi Bencana di Kabupaten Semarang bersama Ketua DPRD Jawa Tengah Bambang Kusriyanto dan Forum Relawan Lintas Komunitas (Relinko) di The Wujil Hotel and Conventions, Bergas, Sabtu (8/10/2022).

Titik-titik rawan longsor disebutkan Seno, tidak hanya di kawasan perbukitan dan gunung. Seperti kejadian longsor di Desa Mluweh Ungaran Timur yang berada di kawasan bawah lebih disebabkan kontur tanah yang labil hingga terjadi pergerakan tanah.

“Tanah bergerak juga terjadi di Dusun Kaligawe Kelurahan Susukan Ungaran Timur. Bahkan, di kawasan ini satu RW mengalami kejadian tanah bergerak hingga longsor,” ungkapnya.

Sedangkan kawasan di dataran tinggi yang sering terjadi tanah longsor di Wirogomo Kecamatan Banyubiru, Desa Duren Kecamatan Sumowono, Tolokan, Tlogosari dan Batur Kecamatan Getasan. Longsor juga terjadi beberapa kali di dataran tinggi Kecamatan Bandungan.

Menurut Seno selain longsor, kejadian bencana alam juga didominasi banjir di beberapa kecamatan seperti di Sumowono, Ambarawa, dan Banyubiru. Justru yang membuat miris kecamatan-kecamatan tersebut berada di kawasan dataran tinggi.

“Banjir terjadi di kawasan tersebut lebih disebabkan sistem drainase yang kurang baik. Banyak saluran tersumbat dan sempit tidak mampu menampung luapan air. Hingga air meluap ke jalan dan banjir,” jelasnya.

Penyebab lain yang menjadi perhatian BPBD, menurut Seno, akibat makin berkurangnya kawasan resapan air karena pembukaan permukiman dan makin berkurangnya pohon untuk konservasi air. Kondisi alam demikian menjadi catatan mitigasi BPBD agar masyarakat lebih berhati-hati saat terjadi hujan deras.

Ketua DPRD Kabupaten Semarang Bondan Marutohening menanggapi paparan tersebut meminta BPBD Kabupaten Semarang melanjutkan pemetaan dan mitigasi pada titik-titik yang dinilai rawan bencana. Ia meminta agar pemetaan harus diupdate berdasarkan laporan kejadian dan analisa terbaru.

“Kondisi alam beberapa tahun lalu dengan sekarang tentu berbeda. Kawasan yang semula tidak pernah ada kejadian bencana, dan tidak pernah diperkirakan ternyata terjadi bencana banjir. Seperti banjir di Sumowono rasanya aneh dataran tinggi tapi banjir,” ujar Bondan.

Bondan menilai mitigasi di Kabupaten Semarang masih kedodoran secara fisik maupun non fisik belum bisa dilakukan Pemkab Semarang. Kebencanaan masih menjadi prioritas kesekian dibandingkan program lainnya, hingga perlu ada kebijakan yang diubah.

“Jumlah anggaran dikelola instansi BPBD juga tidak seberapa yakni sekitar Rp 7 miliar, itu juga jadi satu dengan program untuk kegiatan sosial dan lainnya. Karena itu perlu fokus arah kebijakan untuk kebencanaan,” tandasnya.

Relawan SAR Buser Kabupaten Semarang Ambon Nagara menyampaikan keprihatinan bencana banjir terjadi di Sumowono, Menurutnya, banjir tidak akan terjadi jika ada koordinasi yang baik antarpenyelenggara pemerintahan desa, kecamatan, dan Pemkab untuk memetakan saluran air.

“Di kawasan atas Sumowono di areal persawahan sudah baik dan lancar, tapi di kawasan bawah tidak diimbangi pembuat saluran dan jembatan yang lebar sesuai kapasitas air. Gorong-gorong juga kecil dan bampet tersumbat sampah. Perlu koordinasi yang baik untuk membangun drainase dan juga tempat pembuangan sampah,” ujarnya. (abi/tm)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here