Kebun binatang Taman Satwa Taru Jurug ditutup untuk pengunjung pasca Solo ditetapkan KLB virus corona.(Liputan6.com/Fajar Abrori)

UNGARANNEWS.COM. SOLO– Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) Solo atau Solo Zoo sejak bulan Maret lalu ditutup sementara dari kunjungan wisatawan. Penutupan sementara ini juga menindaklanjuti dari status kejadian luar biasa (KLB) yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Solo.

Penutupan praktis berdampak pada operasionalisasi kebun binatang Solo Zoo. Terutama pemberian pakan satwa yang memberatkan pengelola karena tidak adanya pemasukan dari tiket pengunjung.

“Dampaknya, pemasukan untuk operasionalisasi rutin kebun binatang jadi terhambat. Terutama kebutuhan untuk pakan binatang. Stok kita mungkin hanya sampai Mei-Juni, setelah itu kita mengupayakan pakan binatang secara mandiri. Karena kalau sampai Covid-19 ini masih berlangsung maka kebun binatang ini juga masih akan tutup untuk pengunjung dalam jangka waktu yang belum dipastikan,” ungkap Direktur TSTJ, Bimo Wahyu Widodo DS, Senin (4/5/2020).

Dikatakan Bimo, untuk kebutuhan pakan binatang dan kebutuhan kesehatan lainnya, pihaknya membutuhkan biaya sekitar Rp 120 juta per bulan. Anggaran sebesar itu digunakan untuk membeli 54 jenis pakan binatang dan pemeriksaan kesehatan bagi 400 binatang yang dikelola oleh TSTJ.

Karena itu, pihaknya pun mengajukan bantuan ke Pemkot Solo dan diberikan anggaran Rp300 juta untuk pembelian pakan. Dengan bantuan tersebut, Bimo mengaku bisa bertahan hingga Juni mendatang. Itupun pihaknya masih harus menanggung kekurangan Rp20 juta per bulan. Sebab, untuk kebutuhan pakan sekitar 400 koleksi satwa yang saat ini dimiliki biaya yang dihabiskan mencapai Rp120 juta per bulannya.

“Dari Pemkot kan memberi Rp300 juta dari Dana Tak Terduga dan digunakan untuk kebutuhan pakan tiga bulan artinya satu bulan Rp100 juta, padahal kebutuhan sekitar Rp120 juta. Sehingga masih nombok Rp20 juta, itu masih bisa kita tomboki untuk tiga bulan. Nah yang jadi masalah adalah setelah Juni, karena sama sekali sudah tidak ada anggaran,” urai Bimo.

Pihaknya pun berharap peran serta masyarakat untuk bisa membantu masalah pakan di TSTJ. Apalagi sejak 2016 lalu pihaknya sudah memiliki program adopsi satwa. Dimana masyarakat bisa mengadopsi satwa dengan membantu memberikan kebutuhan pakan.

“Jadi satwanya tidak dibawa pulang, tapi dibantu untuk pakannya. Bentuk bantuannya bisa uang atau dalam bentuk pakan yang dibutuhkan satwa yang diadopsi. Nanti kita beri spesifikasi jenis pakan yang dibutuhkan, misalnya, daging ayam yang seperti apa, rumput gajah tingginya berapa, pisangnya yang jenis apa. Nanti kita beri sampelnya,” jelas Bimo. (dbs/tm)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here