Uborampe makanan tradisional yang menjadi syarat dalam prosesi ritual Bekakak warga Dusun Cemanggal Desa Munding Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang. IST/KOLASE/UNGARANNEWS

UNGARANNEWS.COM. UNGARAN BARAT- Masyarakat tinggal di Dusun Cemanggal, Desa Munding, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang masih lekat memegang teguh tradisi warisan lelehur. Salah satunya dengan menggelar tradisi Bekakak, yakni “Menyembelih Manusia” yang masih lestari digelar setiap tahun.

Tepatnya, pelaksanaan berdasarkan kalander Jawa setiap hari Sabtu Pon pada bulan Jumadhil Akhir. Prosesi kegiatan dikemas dalam rangkaian kagiatan Kadeso atau Ruwatan Desa. Di mana dalam setahun sekali pada hari tersebut seluruh warga berkumpul di halaman rumah sesepuh desa, yakni Kepala Dusun Cemanggal dalam rangka menggelar perayaan tersebut.

“Tradisi Bekakak diadakan pekan kemarin, sebagai wujud rasa syukur warga Cemanggal atas limpahan kesuburan tanah dan hasil bumi yang dikaruniakan Allah. Warga bersama sesepuh dan tokoh agama Cemanggal berkumpul syukuran bersama dan berdoa atas hasil pertanian melimpah juga keselamatan,” ungkap Penggiat Literasi dan Kebudayaan, Nukhan Dzu Khalimun kepada UNGARANNEWS.COM, Minggu (18/2/2021).

Disebutkan, tradisi kali ini digelar secara sederhana namun tidak meninggalkan rasa khidmat mendalam lebur dalam kebersamaan dan doa-doa terhantarkan. Selama perayaan tetap memberlakukan protokol kesehatan (prokes) di tengah pandemi Covid-19. Warga yang mengikuti kegiatan pun dibatasi hanya sekitar 30 persen dari kebiasaan tahun-tahun sebelumnya.

“Satu hal yang tidak kalah penting dari kegiatan ini, perihal kesadaran masyarakat akan kelestarian tradisi leluhur. Di sini lain kita prihatin atas pandemi Covid-19 yang masih berlangsung. Kita sekaligus mensosialisasikan pentingnya menjaga prokes. Mendoakan semoga pandemi ini segera berakhir,” ungkap Nukhan yang juga Koordinator Pokdarwis Desa Wisata Munding ini.

Menurutnya, tadisi Bekakak bukan hanya kegiatan yang harus dilaksanakan. Ada makna nilai falsafah hidup yang diuri-uri untuk menjaga wewelar tentang kebajikan yang disampaikan leluhur secara turun-temurun. Mengingatkan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan, dan selalu bersyukur atas berkah alam yang telah diberikan Allah.

“Tradisi Bekakak atau Menyembeli Manusia Bekakak, tentu yang dmaksud bukan manusia sungguhan. Hanya wujud makanan yang menyerupai manusia (boneka, red) kita potong-potong sebagai simbol menghentikan nafsu angkara murka diri manusia yang tidak ada batasnya,” jelasnya. Baca Juga: Ganjar Kepincut Nasi Iriban, Ini Komposisi Makanan Hidangan Tradisi Bersih Sungai

Terlihat saat prosesi seluruh warga Cemanggal berdatangan sejak pagi dengan membawa bermacam-macam makanan dan buah-buahan dari hasil kebun setempat. Setelah terkumpul semua warga, kemudian berjalan beriringan melewati jalan dusun, menuyusuri melewati lereng gunung Ungaran menuju salah satu sumber mata air yang dikeramatkan warga. Yakni, Curug Dawang yang berada di sisi timur gunung Ungaran, berada di ketinggian sekitar 1500 MDPL.

Karena banyak barang bawaan yang digunakan dalam ritual, sepanjang perjalanan warga bergotong-royong memikul secara bergantian. Terlihat ada nasi ingkung, sayur gecok, ayam bakar, jajan pasar, dan lain-lain.

“Seluruh makanan dibawa dikumpulkan, kemudian digelar doa bersama dipimpin sesepuh desa. Tradisi ini diakhiri dengan makan bersama dan bersih-bersih di Curug Dawang,” pungkasnya. Baca Juga: Tradisi Wangan Cenginging Menjaga Kearifan Leluhur Lerep

Kepala Dusun Cemanggal, Juwanto menjelaskan, Bekakak adalah salah satu simbol dari upacara adat masyarakat Cemanggal. Manusia Bekakak diwujudkan sebuah wajik ketan yang dibuat menyerupai manusia. Ia berjenis kelamin laki laki lengkap dengan juroh atau air tape singkong yang dicampur gula aren disimbolkan sebagai darah.

“Seluruh uborampe tersebut ditaruh tampah besar dan dibawa ke Curug Dawang, selanjutnya dilakukan prosesi upacara adat berupa penyembelihan Manusia Bekakak ini,” jelasnya.

Juwanto menambahkan, Bekakak sendiri dahulu manusia yang dipersembahkan untuk disembelih setiap setahun sekali. Sebagai bentuk bakti kehidupan kepada Tuhan yang sudah memberi kehidupan berikut alam dan isinya. Tetapi setelah melalui proses dan ritual yang panjang, segala kegiatan adat budaya ini diganti dalam bentuk lain.

“Terhitung sejak sekitar abad ke 16 ritual Manusia Bekakak yang disembelih digantikan dengan wajik ketan dibentuk menyerupai manusia. Lengkap dengan darah dari juroh yang dikalungkan pada leher Manusia Bekakak ini,” pungkasnya. (abi/tm)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here