Arus air mengalir di bawah jembatan pesisir pantai Sedayulawas, Brondong, Kabupaten Lamongan terlihat keruh akibat limpahan air Bengawan Solo dari Bendungan Karet. FOTO:SHOFA HABIBULLOH/UNGARANNEWS

Oleh: Shofa Habibulloh
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang

LAUT merupakan salah satu destinasi yang mencerahkan bola mata dan membuat refresh otak kita. Laut memiliki daya tarik sendiri bagi penikmatnya, khusunya orang-orang yang hidup di daerah pesisir pantai.

Bagi mereka laut adalah keluarga dalam kehidupan, karena dari laut mereka dapat mencari nafkah untuk keluarga, bahkan laut juga digunakan sebagai tempat yang membuat bahagia dan ceria. Warna biru yang mempesona membuat bola mata terasa semakin tercerahkan.

Namun, akhir-akhir ini laut yang berada di kawasan pesisir Desa Sedayulawas, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur mulai kehilangan keelokannya, karena sudah tercemar oleh air yang keruh.

Itu disebabkan dibukanya Bendungan Karet yang memisahkan antara air tawar dari sungai Bengawan Solo dan air laut. Bendungan Karet tersebut dibuka karena daerah yang berada di wilayah selatan, khususnya di daerah Babat, Sekaran, Pucuk dan sekitarnya mulai terendam banjir karena terdampak musim peralihan (pancaroba) memasuki musim hujan. Hal ini menyebabkan air laut menjadi keruh dan berwarna kecoklatan.

Salah satu masyarakat Desa Sedayulawas, Mustakin mengatakan, pemandangan air laut keruh memenuhi kawasan pesisir setempat merupakan peristiwa periodik, terjadi setiap tahun memasuki musim hujan.

“Hal ini memang biasa terjadi bahkan setiap tahun kejadian ini pasti terjadi. Setiap tahun pasti ada musim pancaroba dan musim hujan yang menyebabkan banjir di daerah dataran tinggi akibat meluapnya sungai Bengawan Solo. Jika Bendungan Karet tersebut tidak dibuka bisa saja di wilayah selatan akan terjadi banjir bandang,” tuturnya kepada penulis.

Selain merusak keelokan laut musim pancaroba juga menyebabkan nelayan setempat kesulitan mencari ikan, selain karena tercemar air tawar juga dikarenakan angin yang sangat kuat dan ombak yang sangat tinggi. Baca Juga: Tim Pengabdian Masyarakat Mahasiwa UMM Edukasi Era New Normal Warga Sugihan

Penuturan tersebut dibenarkah oleh seorang nelayan yang juga tokoh masyarakat Sedayulawas, Sholahuddin. Menurutnya, dampak musim dan pencemaran sungai tawar cukup berpengaruh terhadap hasil tangkapan nelayan setempat.

“Akhir-akhir ini banyak nelayan yang mengeluh karena sering tidak mendapatkan hasil tangakapan ikan. Bahkan banyak nelayan sudah berangkat ke tengah laut untuk mencari ikan kembali pulang dengan tangan kosong. Salah satu penyebabnya, karena musim peralihan atau musim pancaroba yang membuat angin sangat kuat dan ombak sangat tinggi,” ungkapnya pasrah. (*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here