FOTO:IST/ILUSTRASI

UNGARANNEWS.COM. PEMALANG- Petani kubis di lereng Gunung Slamet wilayah Pemalang pada musim panen kali ini kurang beruntung. Pasalnya, harga kubis di pasaran meski naik, tapi lantaran produksinya kurang bagus dan mengalami penurunan, mereka mendapatkan hasil yang tidak sebanding.

Kurangnya kualitas dan produksi kubis disebabkan oleh cuaca ekstrem yang belakang terjadi dan serangan hama ulat grayak. Dua faktor tadi menyebabkan pertumbuhan kubis tidak bisa maksimal, yaitu tidak berkembang dengan baik dan tidak dapat tumbuh menjadi besar.

Menurut Toto, petani kubis Desa Jurangmangu, Kecamatan Pulosari, hampir rata-rata petani memanen sayuran kubis, saat masih berbentuk daun hijau atau belum sempurna menjadi kubis yang besar.

Hal tersebut dilakukan karena pertumbuhan kubis mengalami kesulitan, sehingga berpengaruh terhadap produksinya. Padahal saat harga kubis naik, seharusnya para petani mengalami keuntungan besar, namun pada kenyataanya sayuran kubis jarang yang berhasil dengan kondisi ekstrem yang terjadi saat ini.

“Harganya saat ini Rp3.500, padahal sebelumnya hanya Rp200 sampai Rp500 perkilogramnya,” katanya, Selasa (14/5).

Disebutkan, serangan ulat menyebabkan gagal panen dan tidak jadi buah besar, atau kubis tidak menutup tapi mekar.

“Kalau hasil buahnya mekar itu menandakan kubis tidak bagus, dan biasanya kecil,” imbuhnya. (rateg/tm)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here