Puncak gunung Merbabu tertutup awan topi yang terlihat indah, Kamis (3/10/2019) pagi. FOTO:FB ROZ

UNGARANNEWS.COM. SALATIGA- Fenomena awan unik terlihat di puncak gunung Merbabu, Kamis (3/10/2019) tadi pagi menarik perhatian masyarakat di kawasan sekitar. Tampak puncak Merbabu ditutupi awan mirip topi yang masyarakat sekitar ada yang menyebut Awan UFO.

Kontan saja fenomena langka tersebut menarik warganet untuk mengabadikan dan mengupload di media sosial. Penelusuruan UNGARANNEWS. COM foto-foto awan topi puncak Merbabu tersebar di sejumlah komunitas Facebook. Salah satunya di Group UNGARAN memperlihatkan pemandangan awan topi dari jarak dekat, di kaki gunung Merbabu, kiriman dari akun ROZ.

Foto dengan latar belakang puncak gunung Merbabu tertutupi awan topi terlihat indah. Dipadu cuaca cerah memperlihatkan langit biru dengan awan tipis yang indah. Panorama yang jarang ditemukan.

Postingan tersebut ditanggapi beberapa akun yang juga mengirimkan foto Merbabu dengan awan topi. Mereka mengambil dari lokasi masing-masing, hingga terlihat fenomena awan unik tersebut dapat dinikmati dari berbagai sudut.

Pemandangan tersebut juga terlihat dari kota Ungaran. Terlihat puncak Merbabu seperti tertutup topi raksasa. Sekitar pukul 06.45 awan topi terlihat berangsur-angsur menipis dan pudar. Seiring matahari makin meninggi awan tersebut tak terlihat lagi.

“Bentuknya sempurna, mirip caping (topi petani, red). Saya baru melihat sekarang ini, dulu pernah terjadi di gunung Ungaran tapi saat itu saya di luar kota hanya melihat foto-foto di media sosial,” ujar Adit (37) warga Bandarjo, Ungaran Barat.

Dari penelusuran UNGARANNEWS.COM fenomena semacam pernah terlihat di gunung Rinjani, pertengahan bulan Juli 2019 lalu. Fenomena langka saat itu turut menarik wisatawan luar negeri yang berkunjung ke Bali. Masyarakat ramai memperbincangkan.

Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin mengatakan, fenomena itu  awan lentikular yakni awan berbentuk lensa. Awan lentikular terbentuk akibat aliran naik udara hangat yang membawa uap air mengalami pusaran.

“Itu sering terjadi di puncak gunung di Jawa Tengah,”  jelasnya.

Marufin Sudibyo, astronom amatir Indonesia menambahkan, awan mirip topi itu kemunculannya bersifat statis alias tak bergerak atau selalu menetap di satu tempat.

“Awan ini terbentuk saat aliran udara lembab menubruk suatu penghalang besar sehingga membentuk putaran stasioner,” ungkap Marufin seperti dilansir dari kompas.com, belum lama ini.

Ketika putaran stasioner terjadi, awan lentikular dapat bertahan selama beberapa jam bahkan hingga berhari-hari. (abi/tm)

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here