Burung Rangkong makin berkurang akibat perburuan liar. FOTO:IST/INSTAGRAM/FORESTERACK

UNGARANNEWS.COM. UNGARAN TIMUR- Kabar memprihatinkan datang dari tim Pusat Konservasi Keanekaragaman Hayati, Universitas Negeri Semarang (Unnes). Berdasarkan pengamatan konservasi yang dikerjakan oleh para peneliti alam ini, menyebutkan habitat burung Rangkong Julang Emas di Gunung Ungaran saat ini semakin menurun drastis.

Burung dengan nama latin rhyticeros undulatus ini makin sulit dijumpai di area hutan yang tersebar di Gunung Ungaran. Makin menurunnya populasi Rangkong Julang Emas akibat perburuan liar dan kebakaran yang terjadi belum lama ini. Kabar mengenaskan jumlah Rangkok saat ini diperkirakan tinggal lima ekor.

Margareta Rahayuningsih, Peneliti Bidang Pusat Konservasi Keanekaragaman Hayati Unnes, mengungkapkan, bahwa sekitar sembilan tahun silam, Julang Emas masih banyak berterbangan di kawasan tersebut. Ketika ia pertama kali meneliti pada 2010 lalu, spesies julang emas masih mencapai puluhan ekor.

“Memang dari pengamatan yang kita lakukan sekitar 5 tahun terakhir Julang Emas di sana tinggal empat sampai lima ekor saja. Kurang lebih populasinya turun hampir 50 persen. Kasus yang sering muncul itu diambil anaknya, terus ada yang ditembak oleh pemburu. Pernah juga hutannya terbakar,” kata Eta, sapaan akrabnya saat berbincang dengan IDN Times, kemarin.

Pihaknya menjelaskan ada banyak masalah yang menghambat perkembangbiakan julang emas di hutan Gunung Ungaran. Disinyalir ada kemungkinan Julang Emas telah bermigrasi ke sejumlah tempat karena keberadaan sarangnya yang rusak. Daya jelajah julang emas dikenal sangat jauh. Seekor julang bisa bermigtasi sampai ke daratan Sumatera maupun ke Pulau Bali.

Dugaan lainnya muncul dari ulah manusia yang mengganggu kawanan Julang Emas.

“Sepertinya ada banyak kemungkinan yang membuat julang emas di Gunung Ungaran tinggal sedikit. Bisa karena sarang yang ditempati selama ini sudah gak senyaman kayak dulu. Soalnya dia kan pakai sarangnya dari lubang yang dibuat sama hewan lain. Tapi bisa juga gara-gara gangguan manusia,” ujar Dosen Biologi FMIPA Unnes tersebut.

Disebutkan, vegetasi yang tumbuh di Gunung Ungaran saat ini cukup baik untuk habitat rangkong. Ragam pepohonan masih bisa tumbuh. Mulai pohon marong, pohon beringin hingga pohon nagasari. Pihaknya mengatakan kondisi sarang yang rusak harus ditata ulang lagi untuk mengundang kawanan Julang Emas kembali ke habitatnya di Gunung Ungaran.

“Kita sudah kerjasama dengan Perhutani dan ketimbang gunung lainnya, kondisi hutan Gunung Ungaran masih tergolong bagus. Sarangnya masih ada dan harus dibenahi dulu. Kita edukasi masyarakat agar jangan lagi melakukan perburuan di sana,” terangnya.

Ditambahkan, papan informasi untuk pencegahan sudah dipasang. Hasilnya beberapa titik perburuannya sudah berkurang. Pasalnya, sudah ada Peraturan Desa (Perdes) yang mengatur soal pelestarian burung.

Literasi dihimpun UNGARANNEWS.COM menyebutkan, burung Rangkong merupakan burung berukuran besar dijuluki sebagai petani hutan yang tangguh. Margaret F. Kinnaird dan Timothy G. O’Brien, peneliti Rangkong dan hutan tropis, memberi penghargaan setinggi itu kepada burung yang dikenal memiliki kesaktian menebar biji ini.

Dengan kemampuan terbangnya hingga rentang 100 kilometer persegi, burung ini dapat menebar biji sejauh jarak tempuh tersebut yang tanpa kita sadari, kegiatan meregenerasi hutan telah dilakukan oleh rangkong.

Kehadiran Rangkong juga memiliki hubungan postif tak terpisahkan dengan hutan. Keberadaan Rangkong di hutan menunjukkan bila rimba tersebut pastinya dipenuhi oleh pepohonan yang sehat. Pasalnya, Rangkong membutuhkan pohon yang tegap dan kuat untuk digunakan sebagai sarangnya yang diperkirakan berdiameter 45 cm.

“Dengan begitu pohon-pohon yang berpostur besar pastinya berada di hutan yang jauh dari kegiatan pembalakan. Jasa Rangkong sangat besar pada alam dan tak terlupakan,” jelas Margaret F Kinnaird dalam salah satu artikel. (idn/abi/tm)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here