
UNGARANNEWS.COM. UNGARAN BARAT- Keluhan pelanggan PDAM Kabupaten Semarang yang mendapatkan aliran air dari rekanan PDAM yakni PT Sarana Tirta Ungaran (STU) tidak mengalir lancar dan kotor ditanggapi oleh Direktur PT STU Didit Adnan.
Alasannya, kapasitas air yang diberikan untuk pelanggan PDAM terbatas hanya sekitar 103 lps, padahal kebutuhan seharusnya lebih dari 120 lps. STU menyatakan sanggup memenuhi kebutuhan air sesuai peruntukan pelanggan tersebut.
“Dulu pada tahun 2016/2017 pemakaian air untuk PDAM sekitar 116 lps sampai 120 lps namun terus berkurang hingga saat ini hanya 103 lps. Kemana yang lain kok ndak diambil. Mungkin ada pertimbangan bisnis dari PDAM saya tidak tahu. Produksi kita mampu memenuhi 120 lps tentu dengan harga standar,” ujarnya dalam audiensi PT STU dengan Forum Komunikasi Pelanggan (FKP) PDAM di kantor Pusat PDAM Jalan Gatot Subroto, Ungaran Barat, Kamis (27/8/2020)
Disebutkan Didit, menilik kerjasama awal PDAM dengan STU atas permintaan dari Pemkab Semarang sekitar tahun 2002 untuk kebutuhan pelanggan, khususnya di wilayah pelanggan baru di Pringapus dan Ungaran Timur karena kapasitas produksi air PDAM tidak mencukupi. Saat itu permintaan sebanyak 50 kubik /detik dengan harga awal sebesar Rp 1.448 per kubik.
Dalam perkembangan PDAM meminta tambahan layanan sebanyak 50 kubik/detik lebih hingga menjadi 100 kubik/detik lebih. Harga saat ini telah terjadi penyesuaian menjadi Rp 3.500 per kubik dengan estimasi harga diberikan di bawah harga untuk kebutuhan industri sebesar Rp 4.500 per kubik.
“Kita lihat perjanjiannya dulu seperti apa, awalnya kita hanya diminta melayani sebanyak 50 kubik/detik, minta tambah lagi dengan harga di bawah industri,” jelasnya.
Terkait kualitas air yang dikeluhkan pelanggan, Didit menjamin produksi airnya sudah memenuhi standar uji nasional. Sesuai perjanjian tertulis (MoU) STU hanya mengawal pengujian kualitas air sampai di reservoir Wujil di Kecamatan Bergas, selebihnya menjadi tanggungjawab PDAM.
“Kita sudah menguji kualitas dari Hargosari sampai reservoir Wujil. Kita uji sudah bagus, kalau kemudian diterima pelanggan air keruh itu bagian dari pelayanan PDAM. Kemungkinan ada endapan pipa yang kotor di wilayah cerukan kemudian terbawa aliran,” tambahnya.
Alasan Didit, air yang mengalir ke pelanggan semakin kotor terjadi karena kontur tanah yang naik turun, ketika terjadi endapan kotoran pada kontur yang turun, saat air dihidupkan lagi setelah berhenti endapan akan terdorong sampai ke pelanggan.
“Kalau pada sistem kami pada tempat tertentu yang rawan endapan kita pasang alat untuk menguras. Endapan kotoran dapat dibilas dan dibersihkan,” ujarnya.
Direktur Utama (Dirut) PDAM Guswakhid Hidayat mengatakan, kapasitas air yang kurang karena jumlah pelanggan yang terus bertambah. PDAM menggandeng rekanan atas perjanjian yang dibuat oleh Pemkab Semarang dengan STU sejak 15 tahun lalu dan akan berakhir sekitar 2030.
“STU melayani sekitar 10.000 pelanggan. Pelayanan terkait kelancaran dan kualitas air tanggungjawab STU. Prioritaskan kami memberikan pelayanan terbaik kepada pelaggan,” ujarnya.
Diketahui, pelanggan yang mendapatkan aliran air dari STU meliputi wilayah Leyangan, Gedanganak, Bergas, Pringapus dan sekitarnya. Pelanggan yang dilayani sering komplain karena air macet, bahkan di wilayah Leyangan pernah tidak mengalir selama 5 hari. (abi/tm)