FOTO:IST/ILUSTRASI

UNGARANNEWS.COM. UNGARAN BARAT-  Empat guru di Kabupaten Semarang yakni Ida Mualina, Ekawati Indriyaningsih, Eni Susilowati, dan Azizah Muslihatun akan mewakili Jawa Tengah dalam Lomba Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Masyarakat (Dikmas) tingkat nasional.

Keempat guru ini merupakan pengajar yang berada di bawah naungan Kepala Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikbudpora) Kabupaten Semarang.

Sebelum berlomba di Bangka Belitung tanggal 23-28 Juni 2019 mendatang, keempatnya mendapat bimbingan di kantor Disdikbudpora pagi.

Ida selaku Tutor Keaksaraan Fungsional PKBM Bagus Wandira Kecamatan Sumowono, Ekawati Indrianingsih Penilik Koordinator Wilayah Kecamatan (Korwilcam) Jambu, Ani Susilowati Pengelola PAUD Tunas Harapan Kecamatan Suruh, dan Azizah Muslihatin Pengelola Taman Baca Ratwa Kecamatan Sumowono.

Sebelum bisa lolos ke tingkat nasional, keempatnya terlebih dahulu melalui serangkaian tahap seleksi.

Awalnya mereka mewakili dari kecamatan dan mengikuti lomba tingkat Kabupaten Semarang pada April 2019, maju di tingkat provinsi pada 26 Mei 2019.

Satu dari empat guru tersebut, Ida memperkenalkan strategi dan media pembelajaran bernama Tasalampot atau Tanaman Sayur Dalam Pot. Sebagai strategi pembelajaran, Tasalampot yakni tanya-jawab, sosiodrama, latihan membaca-menulis-menghitung, dan produktif.

“Warga belajar kami merupakan warga belajar keaksaraan atau buta aksara guna menumbuhkan karakter tanggung jawab, antusiasi, latihan menulis-membaca-menghitung, peduli, organisasi, dan toleransi,” urai Ida.

Ida mengampu dua kelompok belajar atau sebanyak dua puluh orang warga buta aksara.

Sementara itu, Eka Indrianingsih, menyodorkan strategi pembimbingan Koin Emas yakni Kolaboratif, Inspiratif, Empati, dan Aspiratif bagi kepala PAUD.

Pembimbingan ini memanfaatkan potensi kepala PAUD untuk saling membelajarkan kepada rekan sejawat.

Alasannya menyodorkan strategi pembimbingan tersebut ialah karena dari 36 lembaga yang berada di wilayahnya, baru 14 orang yang berpendidikan sarjana, dan hanya 8 orang yang berlatar belakang PAUD.

Selain itu, rata-rata kepala PAUD masih merangkap tugas sebagai pendidikan. Hal tersebut menjadi kendala kepala PAUD untuk melakukan supervisi akademik.

“Saya juga melakukan metode one month one book, artinya kami mewajibkan setiap kepala PAUD untuk membaca satu buku kemudian diceritakan kepada rekannya yang lain. Tidak harus diceritakan dalam bentuk resum lisan, namun bisa diubah menjadi lagu, permainan, maupun pertunjukan drama,” papar Eka. (abi/tm)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here