UNGARANNEWS.COM. TUNTANG- Menjalani hidup meski dengan susah payah dan menderita tidak menyurutkan semangat Gilang (28) untuk terus berjuang menyambung hidup demi keluarganya.

Pilihan pekerjaan yang ditekuni pun cukup sederhana. Dia memilih mengabdikan diri sebagai penyapu paku di trotoar dan badan jalan sepanjang jalan raya Tuntang hingga Salatiga. Meski kala siang yang terik dia tidak pernah putus asa terus berjalanan menyusuri pinggiran jalan sembari menggesek-gesekan magnet yang diikat pada ujung tongkat ke permukaan tanah.

Saat UngaranNews.Com mengamati sesekali ujung tongkat diangkat, di permukaan magnet sudah penuh bermacam-macam benda yang terbuat dari besi yang. menempel Seperti paku, potongan kawat, serpihan kaleng, mur, baut, dan lain-lain. Tangannya dengan sigap memungut besi yang menempel tersebut kemudian dikumpulkan di dalam plastik.

“Alhamdulillah hasil pekerjaan ini lumayan bisa buat menghidupi keluarga saya. Bagi saya tidak apa apa kerja berpanas-panas yang penting halal meski penghasilan saya tidak seberapa,” ujar bapak tiga anak ibi, saat “menyapu paku” di jalan raya Lohpait, Tuntang, Sabtu  (22/9/2018).

Gilang yang tinggal di Jalan Kali Sumbo 40 Krajan, Sidorejo, Salatiga ini juga mengaku tidak mempermasalahkan meski jarak lokasi tempatnya mengais paku ini cukup jauh dari rumahnya. Jarak tempuh Lohpait ke Salatiga sekitar 15 km.

Diceritakan Gilang, dia memilih menekuni pekerjaan ini  tidak lepas dari keperihatinnya saat mengendarai sepeda motor yang berulang kali mengalami ban bocor karena tertusuk paku.

“Sejak itu saya berpikir kenapa tidak ada yang peduli membersihkan paku yang bertebaran di jalan dan trotoar jalan raya. Kasihan kan orang yang mengalami (bocor ban), saya kemudian tergerak untuk membersihkan,” ungkap lulusan SMA Sultan Fatah Salatiga ini.

Berawal dari keprihatinan tersebut terbersit keinginan untuk menekuni menjadikan sebagai pekerjaan sehari-hari. Hasil yang didapat setiap kali menyapu paku baginya cukup  untuk menopang hidup sehari-hari.

“Setiap hari rata rata saya dapat paku dan serpihan besi sebanyaj 3 – 4 kilo, saya jual ke pengepul rosok di Tuntang harganya Rp 4.000 per kilo. Ya, sehari dapat uang Rp 16.000 alhamdulillah cukup buat keluarga saya,” paparnya.

Meski pekerjaan ini terasa berat dan hasilnya tidak seberapa, Gilang mengaku ada kepuasan tersendiri menjalaninya, dia mengaku puas masih bisa bersyur karena bisa menolong sesama.

“Tidak masalah hasilnya kecil tapi saya mampu bersyukur selain menjadi pekerjaan, saya yakin banyak manfaatnya bagi masyarakat, terutama para pengendara di jalan raya. Saya bersyukur bisa membatu orang terhindar dari ban bocor karena kena paku,” pungkasnya. (amu/01).

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here