UNGARANNEWS.COM. MAGELANG– Gubernur Jawa Tengab Ganjar Pranowo mengaku suka dan bangga dengan upaya menggerakkan cerita-cerita relief Candi Borobudur dalam kehidupan nyata.
Setelah sebelumnya ia bersama Trie Utami, Dewa Budjana dan Purwatjaraka bersama-sama mewujudkan seni musik yang tertera dalam relief Borobudur, kini ada seni tari yang terinspirasi dari cerita di sana.
“Jadi ini nanti pasti akan menjadi pertunjukan yang sangat menarik. Setelah tadi saya mbahas seni musik, sekarang ada seni tari. Ini luar biasa,” ujarnya di sela-sela kunjungan ke sanggar seni Joglo Pete, Borobudur, Magelang, Kamis (8/4/2021).
Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian acaranya keliling di kawasan Borobudur. Ganjar telah didapuk sebagai mandor pembangunan The New Order of Borobudur Temple. Selain infrastruktur, pembangunan sumberdaya manusia juga jadi fokus Ganjar Pranowo.
“Kita dorong kawasan Borobudur tak hanya fokus pada bangunan fisik. Namun kesenian, budaya, arsitektur, lingkungan dan lainnya, harus dikembangkan bersama. Sehingga wisatawan yang datang tidak akan bosan. Dia akan benar-benar mendapatkan soul dari Borobudur,” tambahnya.
Ia tertarik relief-relief yang terukir di dinding Candi Borobudur akan menjadi suguhan sendratari menarik. Mewujudkan upaya itu, Balai Konservasi Candi Borobudur telah menggandeng sanggar-sanggar tari di Magelang untuk mewujudkan hal itu.
Seksi Dokumentasi dan Publikasi Balai Konservasi Borobudur, Isni Wahyuningsih, mengatakan beberapa cerita dalam relief telah dipelajari dan dibuat koreografinya. Terdapat lebih dari 1.200 relief di Candi Borobudur yang memiliki cerita menarik.
“Kami telah mengkaji potensi relief itu, dan mengintepretasikan cerita-cerita dalam relief itu dalam bentuk tarian. Ada banyak cerita, misalnya Karmawibhangga, Lalitawistara, Jataka Awadana, Gandawyuha, dan sebagainya,” ujar di sela-sela menerima kunjungan Ganjar.
Dari cerita-cerita di relief itu, pihaknya telah membuat koreografi-koreografi untuk diejawantahkan dalam bentuk tari. Untuk mewujudkan itu, Balai Konservasi Borobudur telah menggandeng sangar-sanggar tari dan masyarakat sekitar.
“Hal ini penting, karena pemaknaan dan nilai-nilai di relief itu diberikan pada generasi penerus untuk pembelajaran. Jadi tidak hanya fisiknya yang kami lestarikan, tapi juga nilainya,” jelas Isni.
Sebenarnya lanjut dia, potensi seni tari dari relief candi Borobudur sangat banyak. Namun untuk saat ini, baru enam tarian yang sedang dikembangkan. Karena pandemi Covid-19 ini, dibatasi mengembangkan enam tarian dan menggandeng enam sanggar.
“Tarian kami ambil dari cerita Jataka Awanda, salah satunya kisah Manohara,” pungkasnya.
Ahli geologi asli Leicester, Inggris, Rachel Harrison salah satu yang memberikan dukungan terealisasinya sendratari. Ia yang menamatkan doktoralnya di Universitas Tasmania Australia. Bekerja sebagai pencari urat-urat emas di berbagai penjuru dunia, termasuk di tanah Jawa, tapi akhirnya kepincut dengan kesenian Jawa.
“Impian besar saya menggelar sendratari Jawa klasik di Candi Borobudur. Di mana-mana sesuatu yang klasik, apalagi ini adalah kesenian memiliki akar yang sangat kuat di kehidupan masyarakat. Entah itu di Eropa, Amerika maupun Jawa,” kata Rachel, Kamis (8/4/2021).
Baginya selain emas Jawa memiliki sesuatu yang jauh lebih berharga yakni kebudayaan. Sampai akhirnya Rachel nekat keluar dari pekerjaan, lalu lari ke Magelang menekuni tari-tarian Jawa dan bermimpi memainkan sendratari jawa klasik di Candi Borobudur.
Beberapa ahli tari Jawa, sebut saja Wisnu Wahyudi dan Medy Mardiana dari ISI Yogyakarta adalah gurunya. Sampai beberapa tari klasik Jawa dia kuasai, dari Bedhaya, Gambyong, Srikandi Larasati dan lainnya.
Sambil terus menimba dari beberapa sumber kesenian Jawa, Rachel membuka sanggar seni di rumahnya di dusun Pete, Borobudur, Magelang pada tahun 2016 bernama Sanggar Seni Joglo Pete.
Setidaknya 12 tarian Jawa klasik yang kini diajarkan Rachel secara gratis pada puluhan anak-anak dan remaja di sanggarnya. Spirit menjaga tradisi Jawa dari Rachel itu akhirnya menular pada warga sekitar. Bapak-bapak dan ibu-ibu turut nyengkuyung sanggar sebagai pengrawit atau penabuh gamelan. (hms/abi/tm)