Pakaian khas Lamongan, Jawa Timur. FOTO:IST

UNGARANNEWS.COM. LAMONGAN- Pakaian khas Lamongan Jawa Timur tengah diaplikasikan untuk menjadi baju lebaran.  Menyusul Pemkab setempat resmi memperkenalkan dan meresmikan pemakaian Pakaian Adat baru yang disebut dengan Pakaian Khas Lamongan.

Pakaian Adat Lamongan yang baru saja diperkenalkan ini ternyata kental dengan nilai-nilai sejarah Kabupaten Lamongan.

Desainer Pakaian Khas Lamongan, Arif Ansori menyebut, pakaian khas Lamongan ini mulai dari ikat kepala atau udeng, kemeja hingga jarik, memiliki makna masing-masing yang saling berkaitan. Udeng, kata Arif, memiliki motif yang sama dengan udeng yang pernah dikenakan oleh sesepuh Lamongan, termasuk kanjeng Sunan Drajat.

“Ikat kepala ini melambangkan masyarakat Lamongan yang tentram dan damai, sehingga bisa mewakili karakter masyarakat lamongan,” tuturnya.

Ciri yang dimiliki udeng ini, kata Arif, berbeda dengan udeng milik daerah lain, karena memiliki lima lipatan yang melambangkan Pancasila. Begitu juga dengan baju atau atasan dan jarik untuk Pakaian Khas Lamongan, juga berbeda dengan yang dimiliki daerah-daerah lain.

Menurut Arif, baju yang kenakan laki-laki, memiliki belahan depan dan desainnya terinspirasi oleh busana pusaka, yaitu Baju Tambal Sewu yang pernah ada di Desa Sambilan di kecamatan mantup.

“Daerah lain tanpa belahan. Nah, kalau Pakaian Khas Lamongan kancing baju ada lima buah, yang terinspirasi dari sila-sila Pancasila,” ujar Arif.

Beralih ke jarit. Arif mengaku, jarik memiliki ciri khas batik Sendang, dengan motif Singo Mengkok yang dipadu dengan motif Garuda dan bunga Tanjung. “Singo Mengkok ini terinspirasi dari Gamelan Singo Mengkok yang ada di Sunan Drajat,” ujarnya.

Untuk Pakaian Khas Lamongan untuk putri, Arif menyebut, memilih desain menyerupai gaun pengantin, baik dari sanggul baju dan jarik. “Warna kita gunakan warna hitam dan putih, karena warna di dunia ini mulanya terbagi dua, hitam dan putih,” tuturnya.

Nuansa Islam tampak pada panjang kebaya yang dibuat hingga lutut. Model kebaya panjang seperti inilah yang membedakan dengan kebaya pada umumnya. Busana Adat Khas Lamongan ini juga merupakan perpaduan sejumlah budaya lokal Lamongan, seperti pengaplikasian kowakan pada busana pria yang mengambil ciri khas busana adat tambal sewu di Desa Sambilan Kecamatan Mantup.

“Pengaplikasian Batik Singomengkok pada udeng dan sembong pada busana pria serta jarit pada busana perempuan sebagai bagian dari pelestarian budaya masyarakat Lamongan di wilayah utara,” tambah Sekretaris Kabupaten Lamongan, Yuhronur Efendi.

Selain itu, lanjut Yuhronur, ada penggunaan aksesori bros untuk kebaya yang menggunakan model teratai berjuntai dengan motif gunungan yang ada di Sendang Dhuwur. Pakaian Khas Lamongan ini untuk pertama kalinya dikenakan oleh semua peserta kirab HJL ke 450 yang sekaligus menjadi sosialisasi kepada masyarakat.

“Ini akan menjadi kebanggaan bagi masyarakat Lamongan karena memiliki busana khas sendiri yang berakar pada kekayaan budaya lokal,” pungkas Yuhronur.

memperkenalkan pakaian adat kepada masyarakat. Pakaian adat tersebut akan diresmikan pada hari jadi ke-450 kabupaten berjuluk Kota Soto itu. (dtc/tm)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here