Penumpang kapal laut memasuki masa mudik lebaran mulai meningkat. FOTO:IST/BISNIS

UNGARANNEWS.COM. SEMARANG- Hashtag “Pemudik Pusing” menjadi trending di media sosial, terutama di Twitter. Penyebabnya, harga tiket yang melambung menjelang Idul Fitri 2019. Bahkan harganya sudah tak masuk akal. Tiket pesawat Bandung-Medan, misalnya, dipatok sampai Rp 21 juta. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi pun jadi sasaran amarah netizen.

“Retorika Menteri Perhubungan atas penurunan harga tiket dengan kenyataan di lapangan yaitu mahalnya tiket dalam negeri,” tulis Franky tts dalam statusnya di Twitter.

“Entah apa yang ada di kepala Menhub membaca berita ini,” kata akun Kognitariat seraya melampirkan link berita sebuah media yang menulis harga tiket yang melambung jauh.

Menanggapi fenomena kenaikkan harga tiket pesawat itu, Pakar Transportasi dari Universitas Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno mengatakan, saat ini masyarakat yang akan mudik, khususnya keluar pulau Jawa, lebih memilih moda transportasi selain pesawat udara, seperti angkutan laut salah satunya.

Selain itu, imbas kenaikkan tiket pesawat dipastikan ada kenaikan pengguna moda kapal laut. Namun yang menjadi perhatian, keselamatan angkutan laut saat ini masih harus perlu ditingkatkan.

“Angkutan laut merupkan moda yang paling sering terjadi kecelakaan transportasi, selain angkutan darat. Walaupun tidak menimbulkan korban yang cukup besar. Perlu diperhatikan pemerintah soal keselamatan kapal penumpang,” ujarnya kepada UNGARANNEWS.COM, Kamis (30/5/2019).

Menurutnya, ketika kapal laut menjadi pilihan angkutan mudik dan regulator tidak banyak berubah, diperkirakan korban akan berjatuhan. Ketersediaan instrumen navigasi, pelampung, sekoci, dan lain sebagainya dalam suatu kapal harus terpenuhi. Manifes penumpang yang masih ada ketidaksesuaian harus mulai dibenahi.

“Karena itu pengawasan terhadap keselamatan angkutan laut di saat mudik lebaran tahun ini perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah. Demikian pula penambahan kapasitas kapal baik frekuensi maupun jumlah armadanya perlu dikalkulasi lebih detil,” tandasnya.

Diperkirakan sejumlah perantau yang berasal dari Kalimantan banyak yang akan menggunakan kapal laut menuju Pulau Jawa dan akan berlabuh di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang dan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.

“Tahun 2018 lalu dioperasikan 1.293 kapal dengan kapasitas angkut 3.419.270 penumpang. Tentunya tahun ini kebutuhan akan kapal laut bisa lebih melonjak tajam untuk rute tertentu,” pungkasnya.

Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menjelaskan alasan mahalnya harga tiket pesawat yang sempat dikeluhkan masyarakat belakangan ini. Menurut Budi, saat ini industri penerbangan sedang “suffer” atau menderita karena merugi.

“Beberapa tahun ini kalian mengejek Garuda Indonesia rugi terus. Adalah suatu fakta yang namanya penerbangan itu high profile tapi low profit. Fragile sekali. Jadi basically industri penerbangan itu rugi,” ujar Budi Karya di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, belum lama ini.

Ada beberapa alasan yang membuat industri penerbangan merugi, menurut Budi salah satunya karena banyak persaingan dari berbagai maskapai di Indonesia yang menyebabkan ketatnya kompetisi. Alasan lainnya yaitu, cost structure.

Menurut Budi, dari total harga tiket pesawat, 40 persennya itu digunakan untuk avtur. Harga avtur cenderung mahal dan berbeda di tiap wilayah karena negara Indonesia yang berbentuk kepulauan sehingga tidak efisien. (abi/ist/tm)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here